Senin, 24 Maret 2014

Rumus Warisan

 Dalam mekanisme kita hari ini, logikanya akan berjalan seperti ini:

1. Untuk memperoleh UANG, orang2 harus BEKERJA
2. Untuk BEKERJA, orang2 harus memiliki PENDIDIKAN
3. Untuk memiliki PENDIDIKAN, orang2 harus punya UANG.

Maka, siklus ini kembali lagi ke UANG, dan seterusnya, dan seterusnya. Rumus ini diwariskan oleh orang2 tua kita, menjadi model pemahaman orang banyak, dan kita seolah lupa untuk mulai bertanya2, apakah hidup hanya akan dihabiskan dengan rumus warisan seperti ini?

Bagaimana mungkin kita akan bekerja dengan bahagia, tulus, senang, jika tujuan kita selalu uang? Bagaimana mungkin kita bisa menjadikan pekerjaan kita sebagai ladang ibadah jika di otak kita pikirannya hanya untuk uang? Kita mewarisi rumus ini begitu saja, jika ada yang mengajak berpikir, bagaimana mungkin? Kita langsung bergegas bilang: 'kalau kagak ada uangnya, bro, ente mau makan apa? mau ngasih apa anak-istri?"

Bagaimana mungkin kita mengenyam pendidikan, sekolah hanya untuk tujuan agar besok lusa bisa bekerja dan mendapatkan gaji tinggi? Aduh, itu merusak sekali hakikat pendidikan terbaik. Orang2 sibuk mencari sekolah favorit, universitas favorit, simply kalau ditanya, agar besok lusa lebih nyari pekerjaan, terjamin masa depannya. Kita juga mewarisi rumus ini begitu saja, jika ada film, buku, tulisan penuh inspirasi tentang hakikat pendidikan, memang sih kita insyaf sejenak, tapi besok lusa, kembali sikut2an. Lucu sekali kalau kita sekolah hanya mengejar ijasah? Persentase kelulusan? Hingga sekolah dengan tega melakukan nyontek massal demi capaian matematis tersebut. Buat apa?

Dan siklus ini dengan teganya kembali ke muasal lagi, sekolah2 mahal, pendidikan mahal. Untuk menjadi dokter, mahal sekali. Untuk masuk TK/SD, mahal sekali. Karena rumusnya sudah begitu, untuk memiliki pendidikan, orang2 harus punya uang. Besok lusa jika pendidikannya sukses, maka dia memperoleh pekerjaan bagus, dan jika pekerjaannya bagus, besok lusa dapat uang. Untuk apa? Muter lagi siklus ini di anak2 kita, cucu2 kita, dan seterusnya.

Maka, semoga ada yang mau memikirkan ulang rumus ini bagi dirinya sendiri dan bagi keluarganya besok kelak. Boleh saja memang sekolah demi pekerjaan masa depan, demi gaji tinggi, boleh. Tapi jika kita meletakkan tujuan pendidikan pada hakikatnya: belajar. Kita bisa memperoleh sekaligus semuanya. Bahagia ketika sekolah (bodo amat sekolah/kampus kita tidak ngetop), bahagia ketika belajar (bodo amat fakultas/jurusan kita tidak keren); lulus dengan kejujuran terbaik, memperoleh ilmu terbaik, lantas kemudian, pasti akan hadir pekerjaan yang kita sukai. Hal kecil, jika ditekuni dengan baik, dan kita menjadi terbaik di bidang itu, tetap saja membuat hidup kita berkecukupan.

Kita tidak akan mudah mengeluh, tidak dikit2 membanding2kan dengan orang lain, tidak akan sibuk pamer, sombong, bangga hati, saya lebih keren, jika memiliki rumus yang berbeda. Rumus pemahaman baiknya. Apa itu? Bahwa kenapa kita bekerja? Karena itu ladang ibadah terbaik, penuh dengan kesempatan berbuat baik. Kenapa kita sekolah? Karena lurus untuk mencari ilmu terbaik untuk kehidupan terbaik milik kita besok lusa.

Demikian.

repost, sumber : https://www.facebook.com/darwistereliye/posts/653277044722867?stream_ref=5

0 comments:

Posting Komentar

© Free Like a Swallow 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis