Minggu, 27 April 2014
Kadang Muak
Sempat berpikir Menikmati hidup itu mungkin sederhana ,
bisa dengan mencium aroma sehabis hujan Sambil bermain gitar, meneguk kopi yang hangat Sambil makan Pisang goreng yg baru masak, atau semangkuk panas mie rebus.
Bisa dengan mendengarkan musik sambil bergelumul dengan selimut yang hangat Atau bisa dengan sekedar jalan-jalan ke kota atau ke alam melepas penat Atau sekedar ngobrol santai dengan teman dan keluarga
Ya, mungkin hanya sesederhana itu,, eh tunggu tapi apa hal itu benar2 sederhana? bagaimana jika hal sederhana itu , ternyata tidak sederhana bagi orang lain
Kalaulah kita mau berpikir sejenak, ada kan ketika kita makan enak di sini, di belahan bumi lain ada yang meninggal karena busung lapar
Ada kan, ketika kita tidur dengan selimut yg hangat di rumah, orang-orang di kolong jembatan itu malah kedinginan ketika ada badai
Ada kan, ketika kita jalan-jalan ke kota untuk sekedar refreshing, di jalanan banyak yang menyambung hidup dengan mengemis dan meminta-minta
Ada kan, ketika kita bisa menikmati menonton film dan musik yg bagus, di luar sana ada yg tidak bisa menikmatinya, karena tuna netra dan tuna rungu semenjak lahir
Ada kan, ketika kita bisa memaksimalkan potensi kita dengan anggota tubuh yang lengkap, di luar sana bahkan ada orang terlahir tanpa tangan dan kaki
Ada kan ,ketika kita bisa ngbrol dengan santai dengan teman dan keluarga, di luar sana ada yang kesepian karena ia yatim piatu
Ada kan??
Ternyata hal-hal yang mungkin kita anggap sederhana, bagi orang lain sangat berharga sekali, namun kenapa sulit sekali untuk bersyukur, katanya bersyukur itu tidak cukup hanya kata sifat, namun juga mencakup kata kerja
Karena itu , kadang saya muak , dengan diri sendiri, apalagi kalau bukan soal berlebihan
Kadang makan hanya karena ingin, bukan karena lapar, berlebih, bukankah bisa uangnya disalurkan ke yg lebih membutuhkan
Waktu yang saya habiskan untuk hanya sekedar main di media social , bisa kan waktunya disalurkan ke kegiatan yg lebih bermanfaat misalnya kegiatan sosial, atau belajar, atau mengajar
Kadang terlalu khawatir masalah nilai-nilai kuliahlah, soal gengsi lah apalah, lalu mau jadi apa kita bsok lah, padahal besok juga belum tau masih hidup apa tidak.
Bisa kan, sbenarnya masa depan tetap direncanakan namun tidak usah terlalu khawatir,cukup menjalani hari dengan sebaik-baiknya.
Bisa kan sebenarnya tetap peduli pada diri sendiri, namun pada orang lain juga peduli
Karena itu kadang saya muak, setelah kelakuan seperti itu, masih saja kadang petanteng petenteng merasa tidak berdosa,berjalan di atas muka bumi dengan sombong, bersyukur pun jarang ,nafsu selalu menang, sehingga tetap saja berlari di lingkaran setan
Padahal sebenarnya banyaak yang masih membutuhkan kita yang diberi anugrah dan kesempatan yg berlebih ini
Tapi its soo haardd meen, untuk selalu bersyukur setiap saat dalam bentuk perbuatan sehari-hari, entah kenapa? kadang jadi muak kalau memikirkan tingkah laku diriku ini
Aaah, tapi Muak terus menerus pun tak ada gunanya juga, lebih baik segera meminta ampun, minta perlindungan pada Allah.Dan segera berlatih, syukur dan pengendalian diri.
Bandung, 27 April 2014
Note : maaf kalu terkesan curhat
Bagaimanaku Padamu
Bagaimanaku padamu
Tentu saja itu terserah padaku, kau tak berhak melarangnya
Pun sebaliknya, bagaimanamu padaku, terserah pada kau, aku tak bisa memaksanya
Walau kadang, aku berharap ..kau, punya rasa yang sama
Bagaimanaku padamu
Tentu saja kau tak tau kan, dari luar aku acuh tak acuh, nampaknya
Namun sebenarnya, aku sangat memperhatikanmu
Aku ingin tahu semua tentang mu
Bagaimanamu padaku, apakah sama?
Bagaimanaku padamu
Kau tak tau kan? Kalau semisal ingin bercakap-cakap denganmu
Aku terlebih dahulu membayangkan skenario-skenario di kepalaku
Agar tidak salah tingkah, agar kelihatan lebih keren di depanmu
Bagaimanamu padaku, apakah sama?
Bandung, 27 April 2014
Tentu saja itu terserah padaku, kau tak berhak melarangnya
Pun sebaliknya, bagaimanamu padaku, terserah pada kau, aku tak bisa memaksanya
Walau kadang, aku berharap ..kau, punya rasa yang sama
Bagaimanaku padamu
Tentu saja kau tak tau kan, dari luar aku acuh tak acuh, nampaknya
Namun sebenarnya, aku sangat memperhatikanmu
Aku ingin tahu semua tentang mu
Bagaimanamu padaku, apakah sama?
Bagaimanaku padamu
Kau tak tau kan? Kalau semisal ingin bercakap-cakap denganmu
Aku terlebih dahulu membayangkan skenario-skenario di kepalaku
Agar tidak salah tingkah, agar kelihatan lebih keren di depanmu
Bagaimanamu padaku, apakah sama?
Bandung, 27 April 2014
Jumat, 25 April 2014
Apa sih Pencitraan itu
Pencitraan
Tiap orang kadang memang melakukan pencitraan, memakai topeng yang sebenarnya bukan dia. Tujuannya pun beragam, pelaku politik mungkin akan sulit tidak melakukan pencitraan saat musim kampannye, dan laki-laki pun sering memakai topeng yang dia anggap mungkin itu keren di hadapan wanita yang disukainya.
Memang mungkin kadang hati bisa membedakan mana yang pencitraan mana yang bukan, namun mungkin itu juga itu jika hatinya benar-benar bersih, pikirannya benar-benar objektif, tau faktanya, dan terlepas dari segala asumsi dan prasangka.
Namun sebenarnya, sejatinya kita tidak pernah tau itu benar-benar pencitraan atau tidak. Dalam agama, Allah SWT menilai amalan kita berdasarkan niat dan kedudukan kita saat itu (kapasitas), niat yang diterima adalah niat melakukan segala sesuatunya hanya karena AllahSWT,ikhlas.Dan Ikhlas, dalam suatu hadits disebutkan bahwa itu adalah urusan Allah SWt hanya dengan hambanya. Iblis dan malaikat pun tidak tahu. Niat itu dalam hati.
Melakukan segala sesuatunya karena AllahSWT, Menjalankan islam secara kaffah mungkin memang tidak mudah, butuh proses, Oleh karena itu bagaimana kita bisa bilang sesuatu itu pencitraan atau tidak? Bagaimana caranya kita benar-benar tau bahwa dia ikhlas atau tidak? toh di setiap aspek di kehidupan kita, kadang kita(atau sering) melakukan pencitraan jg bukan? Sama saja.
Aaah, apa sih pencitraan itu? Cukup ambil yang baik dan buang yang jelek,saling mengingatkan( dengan cara yg baik, tidak saling merendahkan dan provokatif), cukup itu saja.kita kan manusia dengan latar belakang, kesempatan, dan kapasitas yang berbeda-beda, tapi kita sama-sama seorang manusia.
Bandung, 25 April 2014
Note : Sebagai pengingat untuk saya sendiri (dan mungkin orang lain) yg kadang gatel nge-share link2 di media social yg isinya kadang bersifat merendahkan yg lain dengan bilang itu pencitraan, atau apalah,padahal kenyataannya belum tentu seperti itu.Kalau benar sesuai fakta sih ga papa, kalau engga,Takutnya jadi fitnah kn?
Tiap orang kadang memang melakukan pencitraan, memakai topeng yang sebenarnya bukan dia. Tujuannya pun beragam, pelaku politik mungkin akan sulit tidak melakukan pencitraan saat musim kampannye, dan laki-laki pun sering memakai topeng yang dia anggap mungkin itu keren di hadapan wanita yang disukainya.
Memang mungkin kadang hati bisa membedakan mana yang pencitraan mana yang bukan, namun mungkin itu juga itu jika hatinya benar-benar bersih, pikirannya benar-benar objektif, tau faktanya, dan terlepas dari segala asumsi dan prasangka.
Namun sebenarnya, sejatinya kita tidak pernah tau itu benar-benar pencitraan atau tidak. Dalam agama, Allah SWT menilai amalan kita berdasarkan niat dan kedudukan kita saat itu (kapasitas), niat yang diterima adalah niat melakukan segala sesuatunya hanya karena AllahSWT,ikhlas.Dan Ikhlas, dalam suatu hadits disebutkan bahwa itu adalah urusan Allah SWt hanya dengan hambanya. Iblis dan malaikat pun tidak tahu. Niat itu dalam hati.
Melakukan segala sesuatunya karena AllahSWT, Menjalankan islam secara kaffah mungkin memang tidak mudah, butuh proses, Oleh karena itu bagaimana kita bisa bilang sesuatu itu pencitraan atau tidak? Bagaimana caranya kita benar-benar tau bahwa dia ikhlas atau tidak? toh di setiap aspek di kehidupan kita, kadang kita(atau sering) melakukan pencitraan jg bukan? Sama saja.
Aaah, apa sih pencitraan itu? Cukup ambil yang baik dan buang yang jelek,saling mengingatkan( dengan cara yg baik, tidak saling merendahkan dan provokatif), cukup itu saja.kita kan manusia dengan latar belakang, kesempatan, dan kapasitas yang berbeda-beda, tapi kita sama-sama seorang manusia.
Bandung, 25 April 2014
Note : Sebagai pengingat untuk saya sendiri (dan mungkin orang lain) yg kadang gatel nge-share link2 di media social yg isinya kadang bersifat merendahkan yg lain dengan bilang itu pencitraan, atau apalah,padahal kenyataannya belum tentu seperti itu.Kalau benar sesuai fakta sih ga papa, kalau engga,Takutnya jadi fitnah kn?
Senin, 21 April 2014
Kebebasan Bagiku
Kebebasan bagiku ada di dalam sini, ya di sini, bukan di luar sana
Kebebasan bagiku, saat aku tidak merasa lebih baik darimu,pun juga tidak merasa lebih rendah,satu-satunya pembanding adalah diriku sendiri, saat aku lebih baik dari diriku yang telah lalu
Kebebasan bagiku,adalah terlepas dari belenggu-belenggu pikiran yang membuatku takut, dari ocehan dan asumsi sekitar yang belum tentu benar adanya
Kebebasan bagiku, saat aku teringat bahwa kita takkan pernah tahu kapan kita akan mati, dan bukan kah hal tersebut akan membuat kita melakukan yang terbaik hari ini, dan tidak terlalu berasumsi akan masa depan
Kebebasan bagiku, saat aku tak takut menjadi diriku sendiri, saat aku mendengarkan kata hatiku sendiri, saat aku tak takut mau jadi apapun yang ku mau, bukan karena gengsi dan prestisius
Kebebasan bagiku, seperti anak-anak, yang menangis ketika harus menangis, yang tertawa ketika harus tertawa, yang tidak memakai topeng-topeng apalah itu
Kebebasan bagiku, saat aku yang dulu berfikir bahwa ilmu hanya untuk mencari kerja dan materi, aku yang sekarang, berfikir bahwa ilmu ini yang penting bermanfaat untukmu, untuk sekitar
Kebebasan bagiku, saat aku tahu, kau punya kelebihan, aku pun punya, kau punya kekurangan, aku pun punya, alangkah bebasnya perasaan kita kalau kita saling mengisi, bukan saling mencibir di belakang
Kebebasan bagiku, sederhana, saat kau bisa menikmati setiap detik dalam kehidupanmu, dan bukankah alam ini telah tersedia untuk membuatmu merasakan itu
Kebebasan pagiku, adalah saat pagi hari itu, saat dinginnya udara pagi merasuk ke dalam tubuh, saat mendengar kicauan burung yang ku tak tahu namanya
Kebebasan bagiku, adalah saat siang hari itu, saat aku terlentang di tanah yang lapang, mendongak ke atas langit,melihat awan bergerumul, menikmati semilir angin yang berhembus
Kebebasan bagiku, adalah saat malam hari itu, saat aku bercengkrama dengan kalian, lebih nikmat ditambah alunan gitar dan secangkir kopi panas, dilatarbelakangi suara jangkrik-jangkrik itu
Kebebasan bagiku adalah rasa, yang ada di sini, di dalam diriku, bukan di luar sana,apapun aturan dan hukum yang berlaku di luar sana,kebebasan itu nyata, di dalam diri kita masing-masing.
Bandung
21 April 2014
Kamis, 10 April 2014
Api Unggun
Api unggun pada malam itu, apakah kau ingat? Ia menjadi saksi atas ketidakberdayaanmu, panas baranya yang menghangatkanmu , ketika kau tak sanggup lagi menahan angin malam di ketinggian itu. Ketika kau tak sadarkan diri. Api unggun, kalaulah ia dapat berbicara, tentu ia akan bilang “betapa lemahnya kau,manusia”,dan kau masih berani membangga-banggakan diri?”, kau kira kau akan bertahan pada malam itu kalau kau tak ada di dekatku?”
Api unggun itumenjadi saksi, atas wajah-wajah mu yang kusam, lelah, ketika kau bangun dari tidak sadarmu. Ya, apa kau ingat, hari itu, ketika kau berada di antara batas hidup dan matimu. Kau mengigau memanggil nama orang yang kau cintai. Kau ingin cepat pulang, kau tak tahan atas penderitaan dan ketidaknyamanan itu, kau hanya ingin segera tidur di kasur yang empuk dengan selimut yang hangat, bukan di alam liar yang membuat tubuhmu menggigil kedinginan, bukan di alam liar yang kau tak bisa makan apa saja yang kau mau, ya, kau hanya ingin cepat pulang.
Api unggun yang ada di dekatmu itu seakan ingin berkata bahwa kau hanyalah manusia biasa, kau hanyalah manusia rapuh yang bisa mati kapan saja, sadarlah, kau ini manusia. Manusia yang tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lainnya, manusia yang tidak bisa hidup tanpa mengambil sumber daya lingkungan. Kau ini lemah, bahkan kau hanya mengingat Tuhan hanya ketika kau berada dalam kesulitan.
Api unggun itu berkata padamu, ketika kau tidak sadarkan diri, waktu itu
“Tapi tenanglah, aku akan terus menghangatkanmu, teman-temanmu akan terus menjagaku menyala sampai pagi, untuk menghangatkanmu. Kita saling tergantung, Karena aku pun takkan menyala tanpa pemantik dan kayu-kayu bakar yang kalian kumpulkan. Ketika menyala, aku pun takkan bertahan bila tak kalian jaga”.
“Dan ketika kau tersadar, aku tahu, kau telah menjadi manusia baru, dengan kesadaran baru seutuhnya, alam liar ini telah memberimu pemahaman, bukan? Namun aku tak tahu, apakah kau bisa menjaga pemahaman ini dalam keseharianmu, atau nanti kau tetap menjadi anak yang manja setelah pulang dari alam liar ini, tergantung kau.
"Tugasku hanyalah membantumu, ya,akulah si api unggun pada malam itu.Apa kau ingat?"
10 April 2014
(kenangan cerita 3 tahun yang lalu)
Sabtu, 05 April 2014
Lulus
Jakarta,July 2009
Hari ini hujan, suasananya sendu, sesendu hati Rani, menyedihkan, menurutnya sendiri, mungkin. Bagaimana tidak, bulan ini adalah pengumuman hasil ujian SNMPTN, ujian yang memperebutkan sederet kursi untuk bisa kuliah di perguruan tinggi negeri yang bergengsi. Hasilnya sudah diumumkan, dan Rani pun tidak lulus ujian tersebut, hilanglah sudah impian Rani untuk kuliah di jurusan kedokteran di universitas yang bergengsi tersebut.
Apakah Rani ingin menjadi dokter, sebenarnya sih tidak, walaupun rani termasuk salah satu anak yang paling pintar di sekolahnya, namun Rani sama seperti kebanyakan anak yang lain, masih belum tau apa yang menjadi minatnya, karena itu Rani hanya memilih jurusan berdasarkan gengsinya saja yang menurut banyak orang sih kece, yang pertama kedokteran, yang kedua perminyakan.
Yang membuat Rani tambah kesal, Eva, teman sebangku Rani, lulus ujian SNMPTN untuk jurusan kedokteran di universitas yang sama, padahal nilai-nilai Eva selama di sekolah tidak pernah lebih bagus daripada Rani, seperti tipikal anak muda labil dalam sinetron, Rani mulai menyalahkan keadaan2 di sekitarnya, dan semenjak hari pengumuman, selama 2 -3 hari ini kerjaan Rani hanya diam saja di dalam kamarnya.
“Pa, anakmu itu di nasehatin dong, kasihan Rani, beberapa hari ini kerjaannya Cuma diem aj di dalam kamar pa” ucap Mama Rani pada suaminya.
Iya Mama, sebentar ya , papa kan baru pulang kantor, masih capek, papa mandi sama makan dulu ya ma” balas Papa Rani
“Iya Pa, kasihan mbak Rani Pa”, ucap Hafsah, adiknya yang masih duduk di kelas 5 SD, “Iya pa, masa tadi aku godain dikit doang, langsung disemprot kak Rani abis2an pa,tambah Raka, adik Rani lagi yang sekarang duduk di kelas 2 SMP.
“Iya2 nak, emang kamu godain si kakak apa Raka ?”, tanya papa
“tadi ada kecoa mati aku kasih ke Kak Rani Pa”
Ya Allah Raka!! Bandel amat sih, udah tau kakakmu paling takut sama kecoa”, sentak Mama kepada Raka.
“iya ma, kan Cuma bercanda, abis lebih enak ngeliat orang marah2 daripada diem doang , hehe”
***
Setelah Mandi dan Makan, papa langsung naik ke lantai 2 , ke kamar Rani
“Tok,tok tok, Boleh papa masuk Rani?”
“Iya Pa, masuk aja”balas Rani
Dilihat oleh papa,muka Rani sembab,kelihatan sekali habis menangis, “kamu udah sholat ,nak”?
“Udah ko Pa”, jawab Rani singkat
“Pinter anak papa, biar lagi galau atau enggak, tetep ga boleh ninggalin sholat ya ka” kata Papa
“Paa, aku masih sediih pa, aku masih belum bisa nerima kenapa aku ga lulus SNMPTN pa” Rani pada papa. “Padahal temen aku si Eva aja bisa lulus, padahal kan nilai2 aku di sekolah lebih bagus daripada dia pa”
Papa hanya diam ,dan mendengarkan. Papa tahu, saat seseorang punya menceritakan masalahnya, dia hanya ingin didengarkan,apalagi saat menghadapi wanita. Papa punya strategi, mendengarkan dulu, baru memberi nasihat.
“Kenapa ya pa nasibku kok begini amat ya, apa nasibku lagi buruk ya pa, tambah tadi si Raka gangguin aku pa, udah tau aku lagi sedih”
Papa tersenyum tipis, papa berpikir dalam hatinya, waktu muda pun ia pernah mengalami masa-masa seperti ini, fase ini perlu dialami anak muda untuk proses kedewasaan, agar lebih memahami hidup, pikir papa.
“Tapi papa minta maaf ya kak, Kamu tahun depan belum Papa bolehin ikut ujian lagi, soalnya kamu tau kan, adek kamu si Hafsah tahun depan masuk SMP, si Raka masuk SMA,butuh biaya banyak juga, jadi untuk saat ini kamu ikut tes perguruan tinggi swasta dulu ya sayang?”
“Iya pa, ga papa,Rani ngerti ko, Rani Cuma lagi sedih aja sekarang pa.”Yah, pada dasarnya , Rani memang anak yang baik yang taat pada orang tua.
Pinter emang anak papa, oh ya Papa boleh cerita sedikit kak? Mungkin cerita ini bisa mengubah pemahaman kamu
“Iya ,Pa, Rani mau dengerin”, sejak kecil Papa memang suka mengajarkan anak2nya melalui cerita,kata papa sastra,puisi, cerita2 hikayat dapat lebih menyentuh hati seseorang.
Oke, jadi begini ceritanya....
Alkisah di sebuah desa di suatu kerajaan hiduplah seorang kakek tua. Kakek tua itu memelihara seekor kuda. Pada suatu hari tiba-tiba saja kuda itu lari dari kandangnya dan menghilang begitu saja. Tetangga sebelah rumah bersimpati pada si kakek dengan mengatakan “ aduh , kasihan sekali ,nasib kakek benar-benar sedang tidak beruntung hari ini, si kakek hanya menjawab “Entahlah, kita tidak tahu apakah ini nasib buruk atau tidak”
Namun beberapa hari kemudian, kuda si kakek tiba-tiba saja kembali lagi, dengan ditambah membawa seekor kuda jantan lainnya yang benar-benar gagah. Tetangga sebelah mendatangi si kakek dan mengatakan “wah , kuda yang baru ini benar-benar besar dan gagah, nasib kakek beruntung sekali”, si kakek hanya menjawab “ Entahlah, kita tidak tahu apakah ini nasib baik atau tidak”
Suatu hari , anak si kakek, jalan-jalan keliling desa dengan menunggang kuda baru yang besar dan gagah tersebut, namun tiba-tiba si kuda itu tersandung dan anak si kakek terjatuh dari kuda, ia terluka dan kakinya pun patah. Tetangga sebelah mengatakan kepada si kakek, “wah kasihan sekali anak kakek, ternyata kuda itu pembawa sial, nasib kakek benar-benar sedang tidak beruntung hari ini”, si kakek hanya menjawab “ Entahlah, kita tidak tahu apakah ini nasib buruk atau tidak”.
Nasib pada akhirnya mungkin memang tidak bisa ditebak, suatu hari raja memberikan sebuah pengumuman bahwa seluruh pemuda di desa itu wajib berangkat ke negeri seberang untuk mengikuti perang. Namun karena anak si kakek kakinya patah, dia tidak wajib mengikuti perang tersebut. Diceritakan akhirnya anak si kakek dapat hidup lebih lama dibandingkan dengan teman-temannya yang mengikuti perang,. *Tamat
“Kamu tau kak? Sebenarnya kita ga bisa bilang mutlak, nasib seseorang itu bagus hanya berdasarkan misalnya dia mempunyai rumah yang banyak,mobil, pendidikan bergengsi, sebaliknya juga begitu, kita ga bisa mengklaim nasib seseorang itu buruk hanya karena dia misalkan gagal lulus ujian, atau yang lainnya, itu hanya “kesepakatan” bersama yang dibentuk oleh lingkungan kita.”
“i..,iyaa pa..,”(hiks) Rani mulai terisak
“Dan kesepakatan itu lama-lama mulai membentuk gengsi kak, masalahnya kalau seperti itu, kalau kita ditimpa kesulitan sedikit saja, kita akan susah sekali untuk bersyukur,sebaliknya kalau gengsi dikedepankan, kita akan mudah meremehkan orang lain.” Padahal kita sama-sama manusia, ujung2nya gelar yg akan kita dapat terakhir nanti gelar almarhum kan?”
“Iya Pa, (hiks) Rani ngertiii” (hiks)
“Papa ga masalah ko, kamu kuliah di mana aja, yang penting ilmu kamu nanti bermanfaat kak bagi yang lain,kan itu yang diajarkan agama kita? Bukan gara2 gengsi dan sebagainya”,
“Iya paa..”,walupun sedikit terisak, senyum tulus tergambar di wajah Rani, kabut gelap yang membayangi pikirannya kini telah tersapu bersih oleh nasehat ayahnya, Rani bersyukur mempunyai ayah yang sangat baik, Rani berjanji akan memeluk erat nasehat ayahnya dalam hidupnya.
“Okee deh, sekarang kita turun yuk, kita gantian isengin adek2mu”
“Iyaa pa , hehe”
***
Stockholm , Juni 2019
“So Ladies and Gentleman, please Welcome......, Mrs. Rani Novianty”!! tepuk tangan meriah memenuhi podium salah satu Universitas terkemuka di Swedia itu. Hari ini ada acara TEDx suatu event yang dirancang untuk menyebarkan ide-ide brilian dan inspiratif yang dimiliki sesuai dengan tema yang diusung pada setiap event.Hari ini temanya adalah, lingkungan. Hari ini Rani menjadi pembicaranya, Rani sudah menyelesaikan jenjang pendidikannya hingga sekarang mendapatkan gelar Phd di bidang lingkungan hidup. Tentu saja gelar yang dimilikinya sebanding dengan kapasitas dan Ilmu yang di miliki Rani.
Sejak saat malam itu sampai sekarang Rani terus memegang erat nasihat papa, sebenarnya ajaran agama sih, papanya hanya menyampaikan ulang, sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat. Entah kenapa roda nasib sejak malam itu seakan selalu berpihak pada Rani, seakan akan semua yang ia butuhkan datang dengan sendirinya. namun mungkin bukan karena nasibnya, tapi karena Rani yang memandangnya seperti itu.
Papa sangat bangga kepada Rani, walaupun Rani tidak lulus ujian SNMPTN sepuluh tahun yang lalu, tapi bagi papa,Rani telah “Lulus” dalam ujian kehidupan yang sebenarnya, yaitu ujian melawan dirinya sendiri.
Tangerang, 04 April 2014
*sumber cerita si kakek dari komik kungfuboy legend no. 12
Langganan:
Postingan (Atom)