Apa yang akan terjadi jika London hanya mengandalkan Lestrade,si Detektif Polisi dari Scotland Yard yang tidak mempunyai kemampuan berpikir deduksi sehebat Holmes, ketelitian dalam memperhatikan detail TKP dan para tersangka yang cuma rata-rata ,serta kemampuan verifikasi nya dalam memeriksa kebenaran informasi yang masih jauh di bawah Holmes. Tentu saja, mungkin Lestrade akan sering menuduh tersangka yang sebenarnya bukan pelakunya, lalu langsung menangkapnya tanpa pikir panjang.
Tapi untunglah , kota London punya Sherlock Holmes yang selalu membantu Lestrade dan kepolisian memecahkan kasus-kasus rumit dan kompleks, kalau tidak , kasus-kasus Prof.Moriarty pun tak akan terungkap. Sherlock Holmes, tentu saja hanya tokoh fiktif dalam novel karya Conan Doyle. Tapi Sherlock memberi contoh yang sangat baik dalam cara mengungkap kebenaran, pertama, teliti , tidak mengabaikan hal sekecil apapun yang mungkin menjadi petunjuk. Kedua, Akurat, Sherlock mempunyai kemampuan yang handal dalam memverifikasi kebenaran informasi dari para saksi dan tersangka.
Dalam agama pun sebenarnya kita diajarkan pula seperti itu, mengutip tulisan Muhammad Natsir (Ulama sekaligus Perdana Menteri Indonesia ke 5 ), pertama "Agama Islam melarang bertaklid-buta, menerima sesuatu sebelum diperiksa, walaupun datangnja dari kalangan sebangsa dan seagama atau dari ibu-bapa dan nenek-mojang sekalipun", kedua "Agama Islam menjuruh memeriksa kebenaran, walaupun datangnja dari kaum jang berlainan bangsa dan kepertjajaan" [1], dalam Al-qur'an pun dikatakan bahwa kita tidak boleh mengikuti sesuatu yang kita tidak mempunyai pengetahuan tentangnya (QS Bani Israil:36)
Dalam perhelatan politik baru-baru ini di Indonesia, masyarakat diserbu berbagai macam informasi, yang entah apakah masyarakat mengecek kebenaran informasinya terlebih dahulu atau menerimanya begitu saja. Masalahnya adalah, tak peduli mau sepintar apapun orang, ia cenderung berpotensi akan membuat keputusan yang jelek jika keputusannya berdasarkan informasi yang kurang benar. Contoh keputusan yang jelek adalah jika masyarakat men-share link dari internet yang informasinya bukan berdasarkan kebenaran, tapi hanya berdasarkan ego dalam membela kubu politik pilihannya, atau menjelekkan kubu politik yang bukan pilihannya. Keputusan ini jelek karena kalau informasinya salah, akan berpotensi menimbulkan fitnah dan perdebatan tiada guna.
Yah, tapi kita bukanlah Sherlock Holmes, tidak semua mempunyai kemampuan berpikir kritis yang handal. Jadi apa pointnya? Pointnya jelas, hati- hati dalam melangkah, jikalau ragu terhadap kebenaran informasi yang kita punya, lebih baik diam, tapi jika yakin ,teruskan melangkah ,namun harus diingat juga, cara penyampaiannya jangan sampai merendahkan suatu individu atau golongan, atau yang memprovokasi. Terakhir , tentu saja pesan ini bukan hanya untuk masyarakat saja , tapi juga untuk media, apapun itu, yang merupakan kepanjangan tangan informasi untuk masyarakat.
[1] M.Natsir ,Capita Selekta jilid i
Oktober 2014
0 comments:
Posting Komentar