Jakarta,July 2009
Hari ini hujan, suasananya sendu, sesendu hati Rani, menyedihkan, menurutnya sendiri, mungkin. Bagaimana tidak, bulan ini adalah pengumuman hasil ujian SNMPTN, ujian yang memperebutkan sederet kursi untuk bisa kuliah di perguruan tinggi negeri yang bergengsi. Hasilnya sudah diumumkan, dan Rani pun tidak lulus ujian tersebut, hilanglah sudah impian Rani untuk kuliah di jurusan kedokteran di universitas yang bergengsi tersebut.
Apakah Rani ingin menjadi dokter, sebenarnya sih tidak, walaupun rani termasuk salah satu anak yang paling pintar di sekolahnya, namun Rani sama seperti kebanyakan anak yang lain, masih belum tau apa yang menjadi minatnya, karena itu Rani hanya memilih jurusan berdasarkan gengsinya saja yang menurut banyak orang sih kece, yang pertama kedokteran, yang kedua perminyakan.
Yang membuat Rani tambah kesal, Eva, teman sebangku Rani, lulus ujian SNMPTN untuk jurusan kedokteran di universitas yang sama, padahal nilai-nilai Eva selama di sekolah tidak pernah lebih bagus daripada Rani, seperti tipikal anak muda labil dalam sinetron, Rani mulai menyalahkan keadaan2 di sekitarnya, dan semenjak hari pengumuman, selama 2 -3 hari ini kerjaan Rani hanya diam saja di dalam kamarnya.
“Pa, anakmu itu di nasehatin dong, kasihan Rani, beberapa hari ini kerjaannya Cuma diem aj di dalam kamar pa” ucap Mama Rani pada suaminya.
Iya Mama, sebentar ya , papa kan baru pulang kantor, masih capek, papa mandi sama makan dulu ya ma” balas Papa Rani
“Iya Pa, kasihan mbak Rani Pa”, ucap Hafsah, adiknya yang masih duduk di kelas 5 SD, “Iya pa, masa tadi aku godain dikit doang, langsung disemprot kak Rani abis2an pa,tambah Raka, adik Rani lagi yang sekarang duduk di kelas 2 SMP.
“Iya2 nak, emang kamu godain si kakak apa Raka ?”, tanya papa
“tadi ada kecoa mati aku kasih ke Kak Rani Pa”
Ya Allah Raka!! Bandel amat sih, udah tau kakakmu paling takut sama kecoa”, sentak Mama kepada Raka.
“iya ma, kan Cuma bercanda, abis lebih enak ngeliat orang marah2 daripada diem doang , hehe”
***
Setelah Mandi dan Makan, papa langsung naik ke lantai 2 , ke kamar Rani
“Tok,tok tok, Boleh papa masuk Rani?”
“Iya Pa, masuk aja”balas Rani
Dilihat oleh papa,muka Rani sembab,kelihatan sekali habis menangis, “kamu udah sholat ,nak”?
“Udah ko Pa”, jawab Rani singkat
“Pinter anak papa, biar lagi galau atau enggak, tetep ga boleh ninggalin sholat ya ka” kata Papa
“Paa, aku masih sediih pa, aku masih belum bisa nerima kenapa aku ga lulus SNMPTN pa” Rani pada papa. “Padahal temen aku si Eva aja bisa lulus, padahal kan nilai2 aku di sekolah lebih bagus daripada dia pa”
Papa hanya diam ,dan mendengarkan. Papa tahu, saat seseorang punya menceritakan masalahnya, dia hanya ingin didengarkan,apalagi saat menghadapi wanita. Papa punya strategi, mendengarkan dulu, baru memberi nasihat.
“Kenapa ya pa nasibku kok begini amat ya, apa nasibku lagi buruk ya pa, tambah tadi si Raka gangguin aku pa, udah tau aku lagi sedih”
Papa tersenyum tipis, papa berpikir dalam hatinya, waktu muda pun ia pernah mengalami masa-masa seperti ini, fase ini perlu dialami anak muda untuk proses kedewasaan, agar lebih memahami hidup, pikir papa.
“Tapi papa minta maaf ya kak, Kamu tahun depan belum Papa bolehin ikut ujian lagi, soalnya kamu tau kan, adek kamu si Hafsah tahun depan masuk SMP, si Raka masuk SMA,butuh biaya banyak juga, jadi untuk saat ini kamu ikut tes perguruan tinggi swasta dulu ya sayang?”
“Iya pa, ga papa,Rani ngerti ko, Rani Cuma lagi sedih aja sekarang pa.”Yah, pada dasarnya , Rani memang anak yang baik yang taat pada orang tua.
Pinter emang anak papa, oh ya Papa boleh cerita sedikit kak? Mungkin cerita ini bisa mengubah pemahaman kamu
“Iya ,Pa, Rani mau dengerin”, sejak kecil Papa memang suka mengajarkan anak2nya melalui cerita,kata papa sastra,puisi, cerita2 hikayat dapat lebih menyentuh hati seseorang.
Oke, jadi begini ceritanya....
Alkisah di sebuah desa di suatu kerajaan hiduplah seorang kakek tua. Kakek tua itu memelihara seekor kuda. Pada suatu hari tiba-tiba saja kuda itu lari dari kandangnya dan menghilang begitu saja. Tetangga sebelah rumah bersimpati pada si kakek dengan mengatakan “ aduh , kasihan sekali ,nasib kakek benar-benar sedang tidak beruntung hari ini, si kakek hanya menjawab “Entahlah, kita tidak tahu apakah ini nasib buruk atau tidak”
Namun beberapa hari kemudian, kuda si kakek tiba-tiba saja kembali lagi, dengan ditambah membawa seekor kuda jantan lainnya yang benar-benar gagah. Tetangga sebelah mendatangi si kakek dan mengatakan “wah , kuda yang baru ini benar-benar besar dan gagah, nasib kakek beruntung sekali”, si kakek hanya menjawab “ Entahlah, kita tidak tahu apakah ini nasib baik atau tidak”
Suatu hari , anak si kakek, jalan-jalan keliling desa dengan menunggang kuda baru yang besar dan gagah tersebut, namun tiba-tiba si kuda itu tersandung dan anak si kakek terjatuh dari kuda, ia terluka dan kakinya pun patah. Tetangga sebelah mengatakan kepada si kakek, “wah kasihan sekali anak kakek, ternyata kuda itu pembawa sial, nasib kakek benar-benar sedang tidak beruntung hari ini”, si kakek hanya menjawab “ Entahlah, kita tidak tahu apakah ini nasib buruk atau tidak”.
Nasib pada akhirnya mungkin memang tidak bisa ditebak, suatu hari raja memberikan sebuah pengumuman bahwa seluruh pemuda di desa itu wajib berangkat ke negeri seberang untuk mengikuti perang. Namun karena anak si kakek kakinya patah, dia tidak wajib mengikuti perang tersebut. Diceritakan akhirnya anak si kakek dapat hidup lebih lama dibandingkan dengan teman-temannya yang mengikuti perang,. *Tamat
“Kamu tau kak? Sebenarnya kita ga bisa bilang mutlak, nasib seseorang itu bagus hanya berdasarkan misalnya dia mempunyai rumah yang banyak,mobil, pendidikan bergengsi, sebaliknya juga begitu, kita ga bisa mengklaim nasib seseorang itu buruk hanya karena dia misalkan gagal lulus ujian, atau yang lainnya, itu hanya “kesepakatan” bersama yang dibentuk oleh lingkungan kita.”
“i..,iyaa pa..,”(hiks) Rani mulai terisak
“Dan kesepakatan itu lama-lama mulai membentuk gengsi kak, masalahnya kalau seperti itu, kalau kita ditimpa kesulitan sedikit saja, kita akan susah sekali untuk bersyukur,sebaliknya kalau gengsi dikedepankan, kita akan mudah meremehkan orang lain.” Padahal kita sama-sama manusia, ujung2nya gelar yg akan kita dapat terakhir nanti gelar almarhum kan?”
“Iya Pa, (hiks) Rani ngertiii” (hiks)
“Papa ga masalah ko, kamu kuliah di mana aja, yang penting ilmu kamu nanti bermanfaat kak bagi yang lain,kan itu yang diajarkan agama kita? Bukan gara2 gengsi dan sebagainya”,
“Iya paa..”,walupun sedikit terisak, senyum tulus tergambar di wajah Rani, kabut gelap yang membayangi pikirannya kini telah tersapu bersih oleh nasehat ayahnya, Rani bersyukur mempunyai ayah yang sangat baik, Rani berjanji akan memeluk erat nasehat ayahnya dalam hidupnya.
“Okee deh, sekarang kita turun yuk, kita gantian isengin adek2mu”
“Iyaa pa , hehe”
***
Stockholm , Juni 2019
“So Ladies and Gentleman, please Welcome......, Mrs. Rani Novianty”!! tepuk tangan meriah memenuhi podium salah satu Universitas terkemuka di Swedia itu. Hari ini ada acara TEDx suatu event yang dirancang untuk menyebarkan ide-ide brilian dan inspiratif yang dimiliki sesuai dengan tema yang diusung pada setiap event.Hari ini temanya adalah, lingkungan. Hari ini Rani menjadi pembicaranya, Rani sudah menyelesaikan jenjang pendidikannya hingga sekarang mendapatkan gelar Phd di bidang lingkungan hidup. Tentu saja gelar yang dimilikinya sebanding dengan kapasitas dan Ilmu yang di miliki Rani.
Sejak saat malam itu sampai sekarang Rani terus memegang erat nasihat papa, sebenarnya ajaran agama sih, papanya hanya menyampaikan ulang, sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat. Entah kenapa roda nasib sejak malam itu seakan selalu berpihak pada Rani, seakan akan semua yang ia butuhkan datang dengan sendirinya. namun mungkin bukan karena nasibnya, tapi karena Rani yang memandangnya seperti itu.
Papa sangat bangga kepada Rani, walaupun Rani tidak lulus ujian SNMPTN sepuluh tahun yang lalu, tapi bagi papa,Rani telah “Lulus” dalam ujian kehidupan yang sebenarnya, yaitu ujian melawan dirinya sendiri.
Tangerang, 04 April 2014
*sumber cerita si kakek dari komik kungfuboy legend no. 12
Mantep nih ceritanya. Komplit, bermakna, dan ada pesan moralnya. Bahasanya lugas, dan gak butuh kamus buat menikmatinya.
BalasHapusSaran: Karena syaratnya maksimal 1111 kata, maka perlu dikompres lagi nih, tapi tetap dibuat supaya tersampaikan utuh tanpa harus mengurangi kualitasnya.