Saya sebenarnya tak suka pakai masker kalau naik motor, apalagi kalau
pagi hari, karena masker jadi penghalang antara mulut saya dengan udara
segar. Namun sekarang saya sering pakai,di Jakarta, si kota termacet,
di Indonesia. Saya pakai karena katanya polutan yang berasal dari
kendaraan bermotor macam CO,SO2, dan kawan-kawannya itu bisa ganggu kesehatan. Alhasil, waktu berangkat kerja,saya pakai ajalah masker, kadang-kadang juga sih tapi..
Kalau
waktu pulang, kadang saya sering kasihan sama yang naik busway. Soalnya
saya pikir, busway kan sudah ada jalur khususnya, yang boleh lewat
hanya busway. Jadi orang ingin naik busway sebenarnya kan ingin
mengindari macet. Eeh, kalau waktu sore, jam pulang kerja, busway masih
aja kena macet,memang ga semacet jalur biasa sih, tapi tetap tidak
sesuai asumsi awal tujuan dibuat busway.Penyebabnya? Ya karena pada
mbandel, banyak mobil dan motor masuk jalur busway.
Kenapa
sih pada mbandel ? mari kita coba memposisikan diri . Sebut saja Fulan
, dia di kantor sudah capek, banyak kerjaan, pulang jam 5,rumah masih
jauh, dari tadi gas rem melulu karena macet.Lalu ia tergoda melihat
jalur busway di sebelah kanannya,”lho lho kok kosong melompong nih
sebelah kanan?” Ia tau jika ia masuk berarti melanggar peraturan, tapi
ia lihat lagi, banyak pengendara motor bahkan mobil yang sudah melaju
kencang di jalur itu. Lalu di kuping kirinya seperti ada bisikan “ayo
fulan, hajar bleh, ga ada polisi ni, kamu pengen cepet melihat anak
istrimu kan di rumah? gyehehe “. Akhirnya idealismenya pun runtuh,
“sikat bleh”, ambil kanan,ngueeeeng!!
Jakarta,kenapa ya
macet banget? Kalau baca-baca katanya sih dari total seluruh aliran uang
di Indonesia, sekitar 80% nya berputar di Jakarta. Selain itu di
Jakarta banyak perusahaan-perusahaan besar. Konsekuensi logisnya? Ada
gula ada semut. Pasti banyak yang mencari penghidupan di Jakarta. Saya
juga salah satunya, saya ini aslinya tangerang ,tapi dari jam 7 pagi
sampai jam 6 malam ikut menuh-menuhin Jakarta, jadinya tambah macet deh.
Jakarta,kota
metropolis, penuh prestisius, gengsi,kota tempat mencari penghidupan,
tapi juga kadang kota penuh derita. Saya tak benci Jakarta, karena
Jakarta hanyalah kota. Saya suka Jakarta (waktu musim Lebaran), dan saya
(sejujurnya) tak suka Jakarta ketika jam pergi dan pulang kantor.Tapi
saya kagum dengan banyak orang di sini, karena tetap semangat bekerja
dengan situasi seperti di kota ini. Mulialah ia yang berpayah-payah
mencari rizki dengan keringatnya sendiri,untuk dirinya sendiri dan untuk
keluarganya.
Saat sedang menulis ini, saya ingat puisi karya Umbu Landu Paranggi, judulnya Apa ada Angin di Jakarta...
Apa ada angin di Jakarta
Seperti dilepas desa Melati
Apa cintaku bisa lagi cari
Akar bukit Wonosari
Yang diam di dasar jiwaku
Terlontar jauh ke sudut kota
Kenangkanlah jua yang celaka
Orang usiran kota raya
Pulanglah ke desa
Membangun esok hari
Kembali ke huma berhati
Ditulis Pada 1 Agustus 2015
0 comments:
Posting Komentar