Lanjutan dari acuan yang utama bag.1
Sewaktu bimbingan tugas akhir dengan dosen pembimbing, kita mungkin akan dimarahi kalau berargumen hanya berdasarkan pendapat pribadi, argumen kita harus ada dasarnya, bisa dari jurnal, skripsi orang lain, thesis , atau text book yang tingkat kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Itu dalam konteks Tugas akhir.
Nah dalam konteks kita sebagai muslim, dalam hukum2 di dalam keseharian hidup kita, pun sama,ada acuan-acuan utama yg harus kita pegang, mengutip dari tulisan bang tere liye dalam page facebooknya, ada 4 hal yang bisa kita jadikan acuan yang utama sesuai tingkatannya
Kutipan tulisannya seperti ini :
“Yang pertama adalah Al Qur'an. Apapun yang tidak segaris lurus dengan Al Qur'an, maka posisinya wajib ditinggalkan, seberapa hebat logika kita, atau seberapa pintar seseorang berpendapat. Masuk akal kadangkala, tapi bagi kita, itu tidak lebih dari sekadar permainan logika yang seolah2 benar, hakikatnya sih menipu.
Yang kedua adalah Hadist Nabi. Apapun yang tidak sejalan dengan Al Qur'an dan Hadist nabi, maka posisinya juga wajib segera dijauhi. Ada banyak level hadist Nabi, untuk amannya, maka silahkan merujuk hadist2 sahih seperti kitab Bukhari, Muslim, dll. Selalu hati2 setiap membaca hadist, silahkan cari level dan kualitasnya. Pun kalaupun ada yang menulis sahih Bukhari, silahkan cari di kitab aslinya, jangan2 hanya mencatut. Jika kita awam soal kualitas hadist, maka lebih berhati2 lagi.
Yang ketiga adalah pendapat ulama2 terdahulu yang masih dekat dengan jaman Rasul Allah. Ada banyak buku2 yang mereka tulis. Kitab2 yang mereka buat penting dibaca agar pemahaman kita semakin terang benderang. Ada banyak ulama2 ini, mulai dari pendiri mazhab, hingga ulama2 lain yang aktif mewariskan ilmu lewat buku2nya.
Yang keempat adalah pendapat para ulama yang membahas suatu isu bersama2, lantas menjadikannya rujukan bersama. Setidak suka kita pada pendapat tersebut, sekali itu adalah hasil diskusi para ulama, maka dia jelas memiliki kekuatan ijtihad bersama2, tidak dengan mudah bisa kita abaikan dengan pendapat kita sendirian (seberapa yakin kita dgn pendapat versi kita).”
Begitu kira2 kutipannya, yang bisa kita jadikan rujukan dasar untuk setiap pengambilankeputusan hidup kita. Namun ,dalam era modern seperti ini, tentu saja kita juga harus belajar dari berbagai segi keilmuan agar keputusan yg diambil objektif, namun tetap rujukan dasarnya adalah keempat hal tersebut di atas.
Contoh, dalam suatu proyek, tentu saja kita harus mempelajari ilmu manajemen proyek , atau ilmu ekonomi , keuangan, dalam rangka pengambilan keputusan guna keberhasilan sutau proyek. Namun harus diingat apakah proyek tersebut sudah sesuai belum dengan prinsip yang ada dalam Al-Qur’an, semisal “jangan mengurangi takaran dan timbangan”,atau dengan kata lain apa proyek tersebut transparan atau tidak.Tipu2 atau tidak. Melebih2kan anggaran atau tidak.Yaa, mungkin begitu menurut pendapat saya.
Semoga bermanfaat
Bandung, 22 Februari 2014
Jumat, 21 Februari 2014
Kamis, 20 Februari 2014
Mengapa Menulis?
Mengapa saya menulis?
Alasannya mungkin seperti banyak orang,ingin menebar manfaat, kalau mungkin memang bermanfaat, dan juga kalau suatu saat saya mati, mungkin saja tulisan saya masih meninggalkan jejak dan masih bermanfaat bagi orang.
Alasan lainnya, karena kebutuhan dasar manusia untuk berkomunikasi. Menulis sebenarnya kan sama saja dengan berbicara, mengungkapkan pendapat,pikiran, tapi dengan cara ditulis. Entah sejak kapan saya jadi butuh untuk menulis.Berbicara mungkin sudah cukup, tapi mungkin bisa lebih fulfill dengan menulis.
Alasan lainnya lagi, saya takut dengan Tuhan. Jadi begini menurut pendapat saya, tiap orang pasti memiliki sudut pandang yang dia anggap benar sesuai dengan pengalaman dan ilmu yang dia miliki saat itu.Dengan kata lain, kontekstual.
Contoh, si A adalah orang yg sangat jujur, karena si A punya pengalaman dalam hidupnya yang membuat ia paham akan pentingnya suatu kejujuran, tapi karena si A ini belum punya pemahaman mengenai arti penting kerja keras, walaupun jujur, dia masih saja malas2an.Tapi di lain pihak, si B adalah seorang pekerja keras, karena ia paham dan sadar akan pentingnya suatu kerja keras dalam hidup. Nah, kalau si B ini mengkomunikasikan akan pentingnya suatu kerja keras pada sekitarnya, tentu saja akan lebih baik, karena memungkinkan orang2 seperti si A bisa berubah jadi lebih baik.
Karena itu mungkin saling memberi tahu itu penting (tentu saja dengan cara2 yg baik, yg tidak provokatif). Dalam Agama pun disebutkan bahwa sangat merugi orang2 yg tidak saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran. Kalau kata Anies Baswedan, saya lupa quotenya bagaimana, tapi kurang lebih seperti ini “rusaknya negara kita bukan hanya karena semakin banyaknya kejahatan, tapi juga semakin banyak orang2 yang pintar yang tidak peduli”. Kalau kita beruntung berkesempatan bisa mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi, mungkin hal ini menarik untuk kita pikirkan.
Karena itu saya menulis.Sebenarnya saya juga ingin keluar dari zona nyaman saya, dari yang ga peduli sama sekali menjadi yaa, peduli sedikit lah, dengan langkah kecil, yaitu menulis. Menulis adalah hal yang paling sesuai dengan kapasitas saya saat ini.Karena saya belum bisa berbicara lantang dan tegas seperti para aktivis2, saya malas ikut aksi,saya masih belum punya hasrat yg besar untuk berkontribusi mengikuti kegiatan2 gerakan perubahan.Saya ini masih pemalas.Yaa, belum saja sih , kedepannya,mungkin saya ingin juga. Tapi kalau untuk memulai, mungkin menulis salah satu hal yang bagus untuk dilakukan.
Dan terakhir, menulis itu bisa lebih mengingatkan kepada diri sendiri dibandingkan tidak menuliskannya, menurut pendapat pribadi saya sih.Jadi walaupun ga ada orang yang baca, minimal bisa bermanfaat bagi diri sendiri.
Mungkin itu saja alasan2nya
Bandung, 21 Februari 2014
Alasannya mungkin seperti banyak orang,ingin menebar manfaat, kalau mungkin memang bermanfaat, dan juga kalau suatu saat saya mati, mungkin saja tulisan saya masih meninggalkan jejak dan masih bermanfaat bagi orang.
Alasan lainnya, karena kebutuhan dasar manusia untuk berkomunikasi. Menulis sebenarnya kan sama saja dengan berbicara, mengungkapkan pendapat,pikiran, tapi dengan cara ditulis. Entah sejak kapan saya jadi butuh untuk menulis.Berbicara mungkin sudah cukup, tapi mungkin bisa lebih fulfill dengan menulis.
Alasan lainnya lagi, saya takut dengan Tuhan. Jadi begini menurut pendapat saya, tiap orang pasti memiliki sudut pandang yang dia anggap benar sesuai dengan pengalaman dan ilmu yang dia miliki saat itu.Dengan kata lain, kontekstual.
Contoh, si A adalah orang yg sangat jujur, karena si A punya pengalaman dalam hidupnya yang membuat ia paham akan pentingnya suatu kejujuran, tapi karena si A ini belum punya pemahaman mengenai arti penting kerja keras, walaupun jujur, dia masih saja malas2an.Tapi di lain pihak, si B adalah seorang pekerja keras, karena ia paham dan sadar akan pentingnya suatu kerja keras dalam hidup. Nah, kalau si B ini mengkomunikasikan akan pentingnya suatu kerja keras pada sekitarnya, tentu saja akan lebih baik, karena memungkinkan orang2 seperti si A bisa berubah jadi lebih baik.
Karena itu mungkin saling memberi tahu itu penting (tentu saja dengan cara2 yg baik, yg tidak provokatif). Dalam Agama pun disebutkan bahwa sangat merugi orang2 yg tidak saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran. Kalau kata Anies Baswedan, saya lupa quotenya bagaimana, tapi kurang lebih seperti ini “rusaknya negara kita bukan hanya karena semakin banyaknya kejahatan, tapi juga semakin banyak orang2 yang pintar yang tidak peduli”. Kalau kita beruntung berkesempatan bisa mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi, mungkin hal ini menarik untuk kita pikirkan.
Karena itu saya menulis.Sebenarnya saya juga ingin keluar dari zona nyaman saya, dari yang ga peduli sama sekali menjadi yaa, peduli sedikit lah, dengan langkah kecil, yaitu menulis. Menulis adalah hal yang paling sesuai dengan kapasitas saya saat ini.Karena saya belum bisa berbicara lantang dan tegas seperti para aktivis2, saya malas ikut aksi,saya masih belum punya hasrat yg besar untuk berkontribusi mengikuti kegiatan2 gerakan perubahan.Saya ini masih pemalas.Yaa, belum saja sih , kedepannya,mungkin saya ingin juga. Tapi kalau untuk memulai, mungkin menulis salah satu hal yang bagus untuk dilakukan.
Dan terakhir, menulis itu bisa lebih mengingatkan kepada diri sendiri dibandingkan tidak menuliskannya, menurut pendapat pribadi saya sih.Jadi walaupun ga ada orang yang baca, minimal bisa bermanfaat bagi diri sendiri.
Mungkin itu saja alasan2nya
Bandung, 21 Februari 2014
Acuan yang utama (bag.1)
Untuk yg muslim yaa
Yang paling tahu dan paham mengenai suatu mesin motor mungkin bukan pemilik motor tersebut, mungkin bukan juga montir di bengkel.yang paling paham mungkin adalah insinyur yang mendesain,dan membuat mesin motor tersebut.Dan sang insinyur membuat buku panduan mengenai cara kerja dan seluk beluk mesin tersebut.
Kalau dianalogikan motor itu adalah kita, manusia. Maka, sebagai muslim, kalaulah kita beriman, tentu kita harus percaya bahwa Allah SWT lah yang paling mengetahui mengenai seluk beluk diri kita,kelakuan kita sebagai manusia.Karena Allah adalah penciptanya manusia. Karena itu Allah pun memberikan buku manual ,pedoman bagaimana cara menjalani hidup kita sebagai manusia di dunia ini, buku manual itu adalah Al-Qur’an.
Karena itu, dalam konteks kita sebagai muslim,karena Al-qur’an adalah pedoman kita yang utama, maka apapun literatur, buku-buku yang kita baca, tokoh2 terkenal yg kita dengar pendapatnya, atau pendapat kita sendiri, kita tidak bisa langsung menklaim bahwa itu adalah kebenaran.acuan yang utama tetaplah harus Al-qur’an(kalau kita muslim). Jadi mungkin bisa dibiasakan untuk berpikir dua kali apakah literatur yg kita baca, pendapat yang kita dengar sesuai atau tidak dengan pedoman utama kita.
Tapi mungkin kadang kita susah ya memahami makna bacaan Al-Qur’an? Dan karena itu kita jadi malas membacanya, Its okay, tapi jangan ga dibaca sama sekali,berusaha saja dulu,pelan-pelan. Karena dalam QS. 54 ayat 17, 22, 32, 40, disebutkan bahwa “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”. Ayat ini sampai diulang 4 kali mungkin untuk menegaskan bahwa Al-Qur’an itu sangat bisa untuk kita pahami. Sangat bisa untuk kita ambil pelajaran.Caranya? Saya belum tau juga masbro gimana kongkritnya, tapi mungkin menarik untuk direnungkan lebih lanjut.
Bandung, 21 Februari 2014
Bersambung, masih ada lanjutannya....bagian kedua
Yang paling tahu dan paham mengenai suatu mesin motor mungkin bukan pemilik motor tersebut, mungkin bukan juga montir di bengkel.yang paling paham mungkin adalah insinyur yang mendesain,dan membuat mesin motor tersebut.Dan sang insinyur membuat buku panduan mengenai cara kerja dan seluk beluk mesin tersebut.
Kalau dianalogikan motor itu adalah kita, manusia. Maka, sebagai muslim, kalaulah kita beriman, tentu kita harus percaya bahwa Allah SWT lah yang paling mengetahui mengenai seluk beluk diri kita,kelakuan kita sebagai manusia.Karena Allah adalah penciptanya manusia. Karena itu Allah pun memberikan buku manual ,pedoman bagaimana cara menjalani hidup kita sebagai manusia di dunia ini, buku manual itu adalah Al-Qur’an.
Karena itu, dalam konteks kita sebagai muslim,karena Al-qur’an adalah pedoman kita yang utama, maka apapun literatur, buku-buku yang kita baca, tokoh2 terkenal yg kita dengar pendapatnya, atau pendapat kita sendiri, kita tidak bisa langsung menklaim bahwa itu adalah kebenaran.acuan yang utama tetaplah harus Al-qur’an(kalau kita muslim). Jadi mungkin bisa dibiasakan untuk berpikir dua kali apakah literatur yg kita baca, pendapat yang kita dengar sesuai atau tidak dengan pedoman utama kita.
Tapi mungkin kadang kita susah ya memahami makna bacaan Al-Qur’an? Dan karena itu kita jadi malas membacanya, Its okay, tapi jangan ga dibaca sama sekali,berusaha saja dulu,pelan-pelan. Karena dalam QS. 54 ayat 17, 22, 32, 40, disebutkan bahwa “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”. Ayat ini sampai diulang 4 kali mungkin untuk menegaskan bahwa Al-Qur’an itu sangat bisa untuk kita pahami. Sangat bisa untuk kita ambil pelajaran.Caranya? Saya belum tau juga masbro gimana kongkritnya, tapi mungkin menarik untuk direnungkan lebih lanjut.
Bandung, 21 Februari 2014
Bersambung, masih ada lanjutannya....bagian kedua
Selasa, 11 Februari 2014
Biasa-biasa saja lah
Teringat nasehat teman dulu, ketika saya sedang mengalami kepercayaan diri yg tidak stabil, katanya “jangan pernah melihat dan mengagumi kehebatan seseorang tanpa pernah melihat proses yang dia alami sampai sehebat itu, begitu juga sebaliknya jangan pernah meremehkan seseorang tanpa melihat dengan lebih objektif”
Kita semua pasti mempunyai kelebihan ,namun itu tidak bisa dijadikan alasan untu merasa lebih baik daripada orang lain, begitu juga sebaliknya, kekurangan pun tidak bisa kita jadikan alasan untuk merasa lebih rendah dari orang lain, karena pada dasarnya kita ini manusia.
Coba dipikir,Toh kalaupun ada fakta bahwa kita lebih pintar dari sebagian yang lain, itu hanya karena kita tahu lebih dahulu , karena mungkin kita menerima pengetahuan bagaimana cara2 menjadi pintar yang orang lain belum tahu.
Kalaupun fakta memang menunjukkan sikap dan kelakuan kita memang lebih baik daripada sebagian yg lain, itu hanya karena kita tahu dan sadar lebih dulu, bagaimana manfaat dan efek sikap baik itu yang mungkin orang lain belum tahu.
Kalupun kita memang sama2 tahu,dan fakta memang menunjukkan bahwa kita memang lebih baik dari sebagian yang lain,mungkin saja karena kita mengerti bahwa tahu saja tidak cukup, harus ada tindakan.Kita lebih baik karena melakukan tindakan yang orang lain tidak lakukan. Dan mungkin kita bisa melakukan tindakan-tindakan itu didukung oleh lingkungan yang memadai, masalahnya lingkungan orang berbeda-beda, karena itu pula masalahnya juga berbeda-beda, tiap orang mempunyai kapasitasnya masing-masing, berdasarkan kewajiban, prioritas, dan tanggungjawabnya saat itu.
Dan pada faktanya juga, kita ga bisa melakukan semua pekerjaan di dunia ini, pasti ada satu atau dua hal yg kita fokus untuk lakukan dan kita kuasai,jadi kita saling bekerja sama menutupi kekurangan yang lain, begitu juga sebaliknya.
Dan ingat ,kita ini hidup berdampingan dengan waktu , kita ga bakal tau orang yang kita anggap remeh, dalam 4-5 tahun ke depan akan menjadi seperti apa, lebih hebat atau tidak,dan begitu juga sebaliknya, Jadi ingat, kelebihan dan kekurangan kita saat ini berpacu dengan waktu.
Soalnya yaa, sadar ga sadar , tercermin dari perkataan dan tindakan kita,kadang kita merasa lebih baik lho, lebih superior, membangga-banggakan diri mulai dari organisasi, Universitas,pergaulan, pengetahuan , dll. Ingat , kita hanya tahu dan bisa lebih dulu. Jadi, kalau ada orang yg saya tau dia hebat, tapi dia rendah hati, menjaga perkataannya, tawadhu itu menurut saya sangat luar biasa , kereeen bangeet, tapi mungkin susah dilakukan kali ya. Mungkiin.
jadi intinya jagalah diri dari sifat sombong, berusahalah bersikap biasa-biasa saja. Biasa-biasa saja itu penting lho. Tapi biasa-biasa sajanya itu begini, kalau kita tahu kita lebih baik dari sebagian orang dalam satu hal,mungkin kita merasa senang dan bangga ya? Tapi hendaknya senangnya secukupnya saja, ingat hidup ini berdampingan dengan waktu,kita hanya tahu lebih dulu, ingat kita hanya menerima masukan yang orang lain tidak terima, kita hanya melakukan tindakan yg orang lain belum mau lakukan. Begitu juga dalam menyikapi kelebihan orang lain, biasa-biasa saja.Ingat tiap orang itu berbeda, mungkin kita juga punya kan kelebihan yg orang lain tidak punya dalam satu dua hal.
Jadi diulangi lagi, karena lingkungan tiap orang itu berbeda, dan tiap orang menerima masukan yang berbeda-beda di tiap lingkungannya.Dan karena pengalaman dan tahu –nya tiap orang itu tidak sama,maka saling memberi tahu yang benar dan mengingatkan itu penting, bisa lewat ucapan, dan kalau yg masih kikuk berbicara, bisa lewat media tulisan, atau yg lebih ampuh bisa dengan langsung mencontohkan, memberi teladan.
Dan jangan lupa terus mencari ilmu, karena dalam agama disebutkan Allah SWT akan meninggikan derajat orang2 yg berilmu dari sebagian yg lain, tapi tetap harus diingat, dalam agama juga disebutkan orang yg paling mulia di sisi Allah SWT adalah yg paling bertaqwa,jadi berilmu pun mungkin tidak menjamin kita menjadi orang yg paling mulia di sisi Allah SWT, tapi tetep jgn lupa mencari ilmu yaa.
Mudah-mudahan dengan menyadari hal2 tersebut di atas kita bisa lebih introspeksi diri, jangan2 sadar ga sadar, selama ini kita terlalu sombong, terlalu membanggakan diri, sering meremehkan orang, atau terlalu merendahkan dan meremehkan diri sendiri.
Terakhir, ini pun hanya pendapat pribadi ,konteksnya untuk sesama muslim, boleh jadi salah, sebagai muslim , apapun literaturnya, dasar kebenaran dan acuan yg utama tetap harus Al-Qur’an dan Hadits.
Wass
Bandung, 10 Februari 2014
Kita semua pasti mempunyai kelebihan ,namun itu tidak bisa dijadikan alasan untu merasa lebih baik daripada orang lain, begitu juga sebaliknya, kekurangan pun tidak bisa kita jadikan alasan untuk merasa lebih rendah dari orang lain, karena pada dasarnya kita ini manusia.
Coba dipikir,Toh kalaupun ada fakta bahwa kita lebih pintar dari sebagian yang lain, itu hanya karena kita tahu lebih dahulu , karena mungkin kita menerima pengetahuan bagaimana cara2 menjadi pintar yang orang lain belum tahu.
Kalaupun fakta memang menunjukkan sikap dan kelakuan kita memang lebih baik daripada sebagian yg lain, itu hanya karena kita tahu dan sadar lebih dulu, bagaimana manfaat dan efek sikap baik itu yang mungkin orang lain belum tahu.
Kalupun kita memang sama2 tahu,dan fakta memang menunjukkan bahwa kita memang lebih baik dari sebagian yang lain,mungkin saja karena kita mengerti bahwa tahu saja tidak cukup, harus ada tindakan.Kita lebih baik karena melakukan tindakan yang orang lain tidak lakukan. Dan mungkin kita bisa melakukan tindakan-tindakan itu didukung oleh lingkungan yang memadai, masalahnya lingkungan orang berbeda-beda, karena itu pula masalahnya juga berbeda-beda, tiap orang mempunyai kapasitasnya masing-masing, berdasarkan kewajiban, prioritas, dan tanggungjawabnya saat itu.
Dan pada faktanya juga, kita ga bisa melakukan semua pekerjaan di dunia ini, pasti ada satu atau dua hal yg kita fokus untuk lakukan dan kita kuasai,jadi kita saling bekerja sama menutupi kekurangan yang lain, begitu juga sebaliknya.
Dan ingat ,kita ini hidup berdampingan dengan waktu , kita ga bakal tau orang yang kita anggap remeh, dalam 4-5 tahun ke depan akan menjadi seperti apa, lebih hebat atau tidak,dan begitu juga sebaliknya, Jadi ingat, kelebihan dan kekurangan kita saat ini berpacu dengan waktu.
Soalnya yaa, sadar ga sadar , tercermin dari perkataan dan tindakan kita,kadang kita merasa lebih baik lho, lebih superior, membangga-banggakan diri mulai dari organisasi, Universitas,pergaulan, pengetahuan , dll. Ingat , kita hanya tahu dan bisa lebih dulu. Jadi, kalau ada orang yg saya tau dia hebat, tapi dia rendah hati, menjaga perkataannya, tawadhu itu menurut saya sangat luar biasa , kereeen bangeet, tapi mungkin susah dilakukan kali ya. Mungkiin.
jadi intinya jagalah diri dari sifat sombong, berusahalah bersikap biasa-biasa saja. Biasa-biasa saja itu penting lho. Tapi biasa-biasa sajanya itu begini, kalau kita tahu kita lebih baik dari sebagian orang dalam satu hal,mungkin kita merasa senang dan bangga ya? Tapi hendaknya senangnya secukupnya saja, ingat hidup ini berdampingan dengan waktu,kita hanya tahu lebih dulu, ingat kita hanya menerima masukan yang orang lain tidak terima, kita hanya melakukan tindakan yg orang lain belum mau lakukan. Begitu juga dalam menyikapi kelebihan orang lain, biasa-biasa saja.Ingat tiap orang itu berbeda, mungkin kita juga punya kan kelebihan yg orang lain tidak punya dalam satu dua hal.
Jadi diulangi lagi, karena lingkungan tiap orang itu berbeda, dan tiap orang menerima masukan yang berbeda-beda di tiap lingkungannya.Dan karena pengalaman dan tahu –nya tiap orang itu tidak sama,maka saling memberi tahu yang benar dan mengingatkan itu penting, bisa lewat ucapan, dan kalau yg masih kikuk berbicara, bisa lewat media tulisan, atau yg lebih ampuh bisa dengan langsung mencontohkan, memberi teladan.
Dan jangan lupa terus mencari ilmu, karena dalam agama disebutkan Allah SWT akan meninggikan derajat orang2 yg berilmu dari sebagian yg lain, tapi tetap harus diingat, dalam agama juga disebutkan orang yg paling mulia di sisi Allah SWT adalah yg paling bertaqwa,jadi berilmu pun mungkin tidak menjamin kita menjadi orang yg paling mulia di sisi Allah SWT, tapi tetep jgn lupa mencari ilmu yaa.
Mudah-mudahan dengan menyadari hal2 tersebut di atas kita bisa lebih introspeksi diri, jangan2 sadar ga sadar, selama ini kita terlalu sombong, terlalu membanggakan diri, sering meremehkan orang, atau terlalu merendahkan dan meremehkan diri sendiri.
Terakhir, ini pun hanya pendapat pribadi ,konteksnya untuk sesama muslim, boleh jadi salah, sebagai muslim , apapun literaturnya, dasar kebenaran dan acuan yg utama tetap harus Al-Qur’an dan Hadits.
Wass
Bandung, 10 Februari 2014
Senin, 03 Februari 2014
Mungkin memang klise
Kata seorang guru ,ada satu pelajaran penting dalam hidup ini ,dan karena pola ini selalu terulang dalam hidup, maka sebenarnya dengan berpikir, dengan bernalar pun kita bisa mengetahuinya. Pelajaran apakah itu? Hal itu adalah kita tidak akan pernah tahu dengan jelas dan tepat apa yang akan terjadi. We never know where the life exactly will lead us.
Karena itu, walaupun klise, kalimat2 berikut ini sebenarnya sangatlah ampuh. Yaitu kalimat “ tugas manusia hanyalah berusaha dengan sungguh-sungguh, hasil bukanlah area kekuasaan kita yang bisa dengan tepat kita kendalikan”, dan kalimat “hiduplah hari ini, lakukan hal terbaik yang bisa dilakukan”.
Karena memang hanya itu yg bisa kita lakukan, dalam agama pun kita diwajiban untuk mengharapkan dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah SWT, tentu saja setelah berusaha, karenanya tawakkal itu ilmiah.
Oleh sebab itu, mempunyai keinginan, hasrat , tujuan, cita2 yg menggebu-gebu tidaklah mengapa, tapi haruslah satu paket dengan pemahaman bahwa hidup harus dijalani dengan berserah diri, penerimaan yg tulus, apa adanya,dan harus dinikmati
Nah, karena ilmu Allah SWT memang berbeda dengan ilmu manusia, dan kalaulah kita percaya bahwa tidak ada kejadian, pertemuan yg kebetulan,maka pasti ada maksud tertentu ketika kita merasa kita hidup tidak seperti yg kita inginkan.Mungkin kita memang harus “ditampar” oleh Tuhan agar kita sadar akan kelakuan2 kita, kita “ditampar” karena kita malas mengambil hikmah dari kejadian2 sebelumnya,”ditampar” agar kita memiliki kelakuan dan pemahaman hidup yg baik. Dan pemahaman inilah ygsebenarnya sangat berharga.
karena mudah2an dengan pemahaman yg baik kita bisa menjalani hidup dengan lebih tenang tentram dan lebih nikmat.
Intinya, lakukan yg terbaik sesuai ilmu, kedudukan dan kapasitas kita hari ini. Namun bagaimana kita tahu bahwa yg kita lakukan itu yg terbaik? memang banyak sekali faktor x di luar yg tdak bisa kita kendalikan, namun kalau faktor2 internal seperti malas ,menunda, mood2an yg bekontribusi trhdap kegagalan kita, maka mungkin itu bukan yg terbaik, itu salah kita sendiri. Jadi jangan menjustifikasi keadaan atas kesalahan2 kita sendiri.
Tapi mungkin memang susah melawan rasa malas, menunda, hawa nafsu, ketakutan akan masa depan yg belum jelas,kalau memang kebanyakan seperti itu kejadiannya, maka mungkin kita harus saling memberi semangat dan saling mengingatkan. Bisa lewat tindakan, teladan, contoh, ucapan, ataupun tulisan.
Ya jadi Do the best saja lah,sesuai kapasitas masing2 dan janga lupa saling ngasih support, Semangaat kawaan2 !! hhe
After All, ini hanya pendapat sih, acuan yg pertama dan utama tetap harus Al-Qur’an dan Hadits.
Bandung, 3 Januari 2014
Karena itu, walaupun klise, kalimat2 berikut ini sebenarnya sangatlah ampuh. Yaitu kalimat “ tugas manusia hanyalah berusaha dengan sungguh-sungguh, hasil bukanlah area kekuasaan kita yang bisa dengan tepat kita kendalikan”, dan kalimat “hiduplah hari ini, lakukan hal terbaik yang bisa dilakukan”.
Karena memang hanya itu yg bisa kita lakukan, dalam agama pun kita diwajiban untuk mengharapkan dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah SWT, tentu saja setelah berusaha, karenanya tawakkal itu ilmiah.
Oleh sebab itu, mempunyai keinginan, hasrat , tujuan, cita2 yg menggebu-gebu tidaklah mengapa, tapi haruslah satu paket dengan pemahaman bahwa hidup harus dijalani dengan berserah diri, penerimaan yg tulus, apa adanya,dan harus dinikmati
Nah, karena ilmu Allah SWT memang berbeda dengan ilmu manusia, dan kalaulah kita percaya bahwa tidak ada kejadian, pertemuan yg kebetulan,maka pasti ada maksud tertentu ketika kita merasa kita hidup tidak seperti yg kita inginkan.Mungkin kita memang harus “ditampar” oleh Tuhan agar kita sadar akan kelakuan2 kita, kita “ditampar” karena kita malas mengambil hikmah dari kejadian2 sebelumnya,”ditampar” agar kita memiliki kelakuan dan pemahaman hidup yg baik. Dan pemahaman inilah ygsebenarnya sangat berharga.
karena mudah2an dengan pemahaman yg baik kita bisa menjalani hidup dengan lebih tenang tentram dan lebih nikmat.
Intinya, lakukan yg terbaik sesuai ilmu, kedudukan dan kapasitas kita hari ini. Namun bagaimana kita tahu bahwa yg kita lakukan itu yg terbaik? memang banyak sekali faktor x di luar yg tdak bisa kita kendalikan, namun kalau faktor2 internal seperti malas ,menunda, mood2an yg bekontribusi trhdap kegagalan kita, maka mungkin itu bukan yg terbaik, itu salah kita sendiri. Jadi jangan menjustifikasi keadaan atas kesalahan2 kita sendiri.
Tapi mungkin memang susah melawan rasa malas, menunda, hawa nafsu, ketakutan akan masa depan yg belum jelas,kalau memang kebanyakan seperti itu kejadiannya, maka mungkin kita harus saling memberi semangat dan saling mengingatkan. Bisa lewat tindakan, teladan, contoh, ucapan, ataupun tulisan.
Ya jadi Do the best saja lah,sesuai kapasitas masing2 dan janga lupa saling ngasih support, Semangaat kawaan2 !! hhe
After All, ini hanya pendapat sih, acuan yg pertama dan utama tetap harus Al-Qur’an dan Hadits.
Bandung, 3 Januari 2014
Langganan:
Postingan (Atom)