Lanjutan dari acuan yang utama bag.1
Sewaktu bimbingan tugas akhir dengan dosen pembimbing, kita mungkin akan dimarahi kalau berargumen hanya berdasarkan pendapat pribadi, argumen kita harus ada dasarnya, bisa dari jurnal, skripsi orang lain, thesis , atau text book yang tingkat kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Itu dalam konteks Tugas akhir.
Nah dalam konteks kita sebagai muslim, dalam hukum2 di dalam keseharian hidup kita, pun sama,ada acuan-acuan utama yg harus kita pegang, mengutip dari tulisan bang tere liye dalam page facebooknya, ada 4 hal yang bisa kita jadikan acuan yang utama sesuai tingkatannya
Kutipan tulisannya seperti ini :
“Yang pertama adalah Al Qur'an. Apapun yang tidak segaris lurus dengan Al Qur'an, maka posisinya wajib ditinggalkan, seberapa hebat logika kita, atau seberapa pintar seseorang berpendapat. Masuk akal kadangkala, tapi bagi kita, itu tidak lebih dari sekadar permainan logika yang seolah2 benar, hakikatnya sih menipu.
Yang kedua adalah Hadist Nabi. Apapun yang tidak sejalan dengan Al Qur'an dan Hadist nabi, maka posisinya juga wajib segera dijauhi. Ada banyak level hadist Nabi, untuk amannya, maka silahkan merujuk hadist2 sahih seperti kitab Bukhari, Muslim, dll. Selalu hati2 setiap membaca hadist, silahkan cari level dan kualitasnya. Pun kalaupun ada yang menulis sahih Bukhari, silahkan cari di kitab aslinya, jangan2 hanya mencatut. Jika kita awam soal kualitas hadist, maka lebih berhati2 lagi.
Yang ketiga adalah pendapat ulama2 terdahulu yang masih dekat dengan jaman Rasul Allah. Ada banyak buku2 yang mereka tulis. Kitab2 yang mereka buat penting dibaca agar pemahaman kita semakin terang benderang. Ada banyak ulama2 ini, mulai dari pendiri mazhab, hingga ulama2 lain yang aktif mewariskan ilmu lewat buku2nya.
Yang keempat adalah pendapat para ulama yang membahas suatu isu bersama2, lantas menjadikannya rujukan bersama. Setidak suka kita pada pendapat tersebut, sekali itu adalah hasil diskusi para ulama, maka dia jelas memiliki kekuatan ijtihad bersama2, tidak dengan mudah bisa kita abaikan dengan pendapat kita sendirian (seberapa yakin kita dgn pendapat versi kita).”
Begitu kira2 kutipannya, yang bisa kita jadikan rujukan dasar untuk setiap pengambilankeputusan hidup kita. Namun ,dalam era modern seperti ini, tentu saja kita juga harus belajar dari berbagai segi keilmuan agar keputusan yg diambil objektif, namun tetap rujukan dasarnya adalah keempat hal tersebut di atas.
Contoh, dalam suatu proyek, tentu saja kita harus mempelajari ilmu manajemen proyek , atau ilmu ekonomi , keuangan, dalam rangka pengambilan keputusan guna keberhasilan sutau proyek. Namun harus diingat apakah proyek tersebut sudah sesuai belum dengan prinsip yang ada dalam Al-Qur’an, semisal “jangan mengurangi takaran dan timbangan”,atau dengan kata lain apa proyek tersebut transparan atau tidak.Tipu2 atau tidak. Melebih2kan anggaran atau tidak.Yaa, mungkin begitu menurut pendapat saya.
Semoga bermanfaat
Bandung, 22 Februari 2014
Jumat, 21 Februari 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar