Tulisan ini terbagi dalam dua asumsi , prasngka buruk dan prasangka baik
Kalau mau berprasangka buruk....
Kalau ada argumen bahwa pemimpin-pemimpin produk pilkada langsung banyak yang korupsi, mungkin ada benarnya, faktanya pun ada yang seperti itu, namun kalau ini dijadikan alasan untuk mengganti pilkada langsung dengan pilkada oleh DPRD, mungkin kurang tepat. Harus diingat , bahwa anggota DPRD itu juga adalah hasil produk dari pilkada langsung, kalau berargumen bahwa pilkada langsung itu bakal memproduksi pemimpin yang korup, lantas kenapa harus percaya anggota DPRD – yang juga hasil pilkada langsung- bakal memilih pemimpin yang bersih?, kenapa tidak sekalian saja anggota DPRD itu dipilih oleh partai
Ada juga argumen seperti ini,” pilkada langsung keputusannya diambil berdasarkan suara terbanyak, namun suara terbanyak bukanlah suara Tuhan, suara terbanyak belum pasti benar”. Ya, setuju, memang seperti itu, suara orang berpendidikan -yg tiap hari makan enak dan bergizi, banyak akses informasi- mungkin berbeda dengan suara orang yg tidak berpendidikan, yang tiap hari harus memikirkan mau makan apa, yang tidak mempunyai akses informasi yang bagus, yang gampang dibohongi oleh politik uang.
Yah begitulah realitas pilkada langsung, namun apakah pemilihan pilkada oleh DPRD lebih baik? Sistem pengambilan keputusan jika pemilihan kepala daerah melalui DPRD mungkin melaui musyawarah mufakat, semua ide terbaik ditampung, didiskusikan. Namun masalah mulai muncul ketika tidak mencapai kata mufakat, solusinya adalah voting. Dan Voting, sama dengan pilkada langsung,suara terbanyaklah yang menang. Mungkin ini memang memakan lebih sedikit biaya daripada pilkada langsung.
Namun kalau kita melihat realitasnya, saat ini kubu politik terbelah menjadi dua, kubu KMP dan kubu Jokowi, apa yang bisa menjamin hasil voting tetap berpihak kepada rakyat, dan tidak terintervensi sedikitpun oleh kepentingan kedua kubu, apalagi kalau sistem votingnya secara terbuka, kalau ada misal ada anggota yang mem-vote bersebarangan dengan kubu partainya, bisa –bisa kena sanksi dari partai, kecuali anggotanya benar-benar idealis memegang prinsip dan tak takut dikeluarkan apabila berseberangan dengan keinginan partai.Mungkin seperti Ahok contohnya,tapi berapa banyak sih orang yangseperti pak Ahok?
Namun, kalau mau berprasangka baik....,
Pilkada lewat DPRD mungkin memang lebih baik, lebih memakan sedikit biaya, anggarannya pun bisa dialokasikan untuk hal lain, pendidikan atau bayar hutang misalnya. Pilkada lewat DPRD mungkin memang lebih baik, daripada pilkada langsung yang kadang kami pun tak tau dan malas mencari tau rekam jejak calon-calonnya, asal sebagian besar anggota DPRD nya pun bisa mengambil keputusan memilih pemimpin dengan jernih karena memang pemimpin itu layak dipilih,bukan karena politik uang. Para calonnya pun tak harus repot-repot keluar modal untuk kampanye kepada rakyat .Kalau memang pilkada DPRD lebih baik demi kepentingan rakyat, mungkin bisa beri kami bukti dengan memberi contoh yang baik, bersikap sederhana, tidak bermegah-megahan, dan juga tidak korupsi. Mengenai korupsi, mungkin bisa ambil hati kami dengan berani menerapkan UU pembuktian harta terbalik.
Yah ,kalau nanti MK tetap mengesahkan pemilihan lewat DPRD, mudah-mudahan bapak-bapak bisa memberi contoh yang baik seperti yang sudah dituliskan di atas. Karena sebenarnya pun tak ada yg salah dengan hal itu.., apalagi kalau misalnya nanti terbukti ada korelasi antara menurunnya tingkat korupsi dengan pemilihan kepala daerah lewat DPRD, saya pun tak tau, karena saya bukan pemain di lapangan, saya hanya pengamat. Mungkin hanya waktu yg bisa menjawab
Ini hanya curhatan seorang pengamat amatiran yang tau beritanya lewat media massa,koran, social media , dll, bukan praktisi langsung. Jadi jangan terlalu diambil serius dan jangan terlalu dipercaya juga melebihi para ahli pengamat politik, karena kalau para ahli pasti sudah mengakaji dan lebih berhati-hati dalam berpendapat, kalau ini,its just my subjective opinion, jadi CMIIW
Selasa, 30 September 2014
Minggu, 28 September 2014
Langsung atau lewat DPRD?
26 September 2014, DPR mengesahkan RUU Pemilihan Kepala Daerah. Pro dan Kontra pun santer dibicarakan di media social. Dan kali ini ijinkan saya menuangkan pendapat mengenai hal tersebut. Saya bukan wartawan yang punya banyak sumber informasi yang kredibel, saya juga bukan praktisi politik yang lebih tahu kondisi lapangan perpolitikan di Indonesia, saya juga bukan wakil golongan tertentu yang berniat menggiring opini massa, saya hanya pengamat amatiran, rakyat biasa yang tahu informasi Pro dan Kontra RUU Pilkada tersebut dari Media Massa, jadi pendapat saya ini bukan hasil pengamatan yang akurat. Tapi ijinkan saya berpendapat yaa, hhe.
Pertama , soal pilakda langsung. Pilkada langsung memang banyak biaya , keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak, Walaupun suara terbanyak tidak pasti lebih benar,namun berpotensi memunculkan pemimpin2 yg bagus asalkan calon2 yg diusung partai memang bagus dan rakyatnya pintar memilih, kalau tidak mungkin sama saja,korup.
Kedua lewat DPRD. Kalau Pilkada lewat DPRD memang lebih memakan sedikit biaya , keputusan mungkin lwat musyawarah mufakat, kalau tidak mencapai mufakat, baru mungkin melalui voting. Dan pasti ada potensi juga lahirnya pemimpin yg bagus, asalkan yang memilih tau bagaimana mengetahui calon2 yg kredibel dan juga keputusan yang diambil tidak terintervensi sedikitpun oleh kepentingan partai, kalau tidak ya mungkin sama juga, korup.
Yang dipermasalahkan dalam hal tersebut oleh banyak orang sekarang kan dari segi korupsi dan politik uang . Namun ada pendapat seorang teman, terlepas mana yg lebih baik mau lewat Pilkada langsung atau DPRD, sebenarnya yang sangat berkorelasi dengan korupsi adalah sistem pengawasan hukum. Hal ini pernah dibahas melalui UU pembuktian harta terbalik, kalau tidak salah UU no 7 tahun 2006 ( tolong dikoreksi jika salah).
Isi detailnya saya tidak tahu, namun inti yang saya tangkap adalah dari UUD pembuktian harta terbalik itu adalah mensyaratkan bahwa setiap pejabat publik wajib memberi pertanggungjawaban mengenai rekam jejak harta tersebut ketika dia mulai menjabat sampai akhir jabatannya. Dia harus mampu MEMBUKTIKAN dari mana saja asal harta kekayaannya dari awal menjabat sampai akhir jabatannya.
Teknis pelaksanaanya saya tidak tau , tapi inti manfaatnya adalah membuat calon pejabat yang hanya mengincar jabatan hanya untuk meraup uang dari kuasanya, atau balik modal semasa kampanye berpikir dua kali untuk menjadi pemimpin. “ Njir, kalo gue jadi pejabat ntar , gue harus buktiin harta kekayaan gue, ga bisa dah gue korupsi, atau ngambil untung lwat izin usaha pertambangan, ah klo gitu ga usah nyalonin lah gue , buang2 waktu dan duit aj” , misalnya seperti itu. Sehingga kalau UU ini diterapkan, akan lebih bisa difilter dengan lebih baik mengenai siapa2 saja calon pejabat yg memang ingin memimpin demi kepentingan rakyat.Dan btw, katanya UU ini sih belum berani diterapkan ( tolong koreksi juga yg ini jika salah).
Terakhir, saya tekankan lagi ini hanya pendapat pribadi dari seorang pengamat amatiran, dan karena itu, saya pun ga tau mana yg lebih baik pilkada langsung atau lewat DPRD, mungkin hanya waktu yg bisa menjawab. Namun, informasi di atas mungkin bisa memicu teman2 yg membacanya untuk mencari tau seperti apa sih detail UU pembuktian harta terbalik itu, karena saya juga belum mencari tau secara detail, hhe. Yaa, begitu saja deh, mohon dikoreksi jika ada yg salah.
Bandung, September 2014
Senin, 22 September 2014
PEMUDA DAN PENGUASA
Apakah kita,para pemuda, pernah bertanya seperti ini? ”kalau aku berada di posisimu, wahai para penguasa, apa aku juga akan melakukan hal yang sama? “ Saat ini kita lihat banyak penguasa yang bermegah-megahan, lebih mengepentingkan golongan daripada kemashlahatan orang banyak, bahkan korupsi, sudah jadi berita media sehari-hari. Mungkin benarlah apa yang sering dikemukakan Wagub DKI Jakarta,Ahok, mengenai teori dari Abraham Lincoln, “karakter seseorang baru teruji bila memegang kekuasaan”.
Para penguasa , ia tidak diuji dengan kesusahan, kelaparan, dan kemiskinan, namun ia diuji dengan segala otoritas yang ia punya,apakah bersifat adil atau tidak, ia diuji apakah ia akan menjadi ujung tombak contoh yang baik bagi rakyat dengan bersikap sederhana, atau memberi contoh yang buruk dengan berbangga-bangga dan bermegah-megahan harta. Ia juga diuji di saat penegakan dan pengawasan hukum tidak tepat sasaran, apakah ia akan mengambil hak orang lain untuk dirinya sendiri atau tidak.
Kritik pun pasti tak jarang kita lontarkan kepada para penguasa itu. Namun dalam ruang lingkup yang lebih kecil, kita,para pemuda, mungkin sama saja dengan mereka. Dalam ujian semester, misalnya, apa sih yang akan kita lakukan kalau malamnya kita tidak belajar, dan esok paginya ketika ujian dosen tidak terlau ketat mengawasi ujian ,kebanyakan kita pasti akan mencontek.Relevansinya ketika pengawasan lemah, kita cenderung akan melanggar peraturan.
Contoh lagi dalam social media, kita, para pemuda,sadar tak sadar dilatih untuk melakukan sesuatu agar mendapat pengakuan orang,dengan jumlah like atau love dari apa yang kita bagikan di media social itu, misalnya.Mungkin tak apa kalau tak berlebihan. Namun jika porsi penggunaanya tak dikendalikan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat,social media hanyalah tempat untuk pamer,ajang untuk saling berbangga diri, dan sebagai tempat pembuktian diri. Kalau hal ini terus dilatih,akibatnya , mungkin segala keputusan dan tindakan kita lebih didominasi berdasarkan gengsi, prestige, pengakuan orang lain dan golongan, dibandingkan dengan azas. Efek lebih jauhnya, bermegah-megahan dengan harta, karena harta juga salah satu simbol aktualisasi diri, statement kelas dan status.
Dalam konteks para penguasa,jika segala keputusan dan tindakannya yang utama dan pertama hanya berdasarkan kepentingan dirinya sendiri dan golongannya, dibandingkan kemashlahatan orang banyak, kemungkinan besar ketidakadilan-lah yang akan terjadi. Jikalau banyak penguasa yang seperti ini, wajarlah jika ketidakadilan dan kesewenang-wenangan terjadi di mana-mana.
Pertanyaannya adalah, apakah nanti jika kita, para pemuda ,di posisi yang sama,diberikan kesempatan untuk berkuasa, apakah kita akan tergoda untuk melakukan hal yang sama?korupsi dan bermegah-megahan? Jawabannya bisa ya bisa tidak, karena seiring dengan jalannya waktu seseorang bisa berubah. Namun , kalau hal-hal kecil seperti contoh diatas kita abaikan, tidak instrospeksi, besar kemungkinan kelakuan kita pun akan sama jika kita berkuasa nanti.
Btw, ini hanya opini sih, bukan hasil dari riset yang akurat, jadi boleh jadi benar atau tidak, tapi mudah-mudahan bisa jadi bahan instrospeksi, karena mungkin kita semua pelakunya, saya , kamu, kita.
Firman Fakhri
Bandung, September 2014
Selasa, 16 September 2014
MULYADI
Selasa, 16 September 2014, sekitar habis maghrib , di chat sma Evi,teman lama ketika sma, di facebook. Dia nanya “man,baru dapat kabar mulyadi meninggal, benar ga yah?” , sontak gue kaget,”hah, yang bener lo vi?, dapat kabar dari mana?!”, “coba buka facebooknya deh man, katanya kecelakaan tadi sore di madura”. Saat itu juga, langsung gue buka facebooknya mulyadi, beberapa temannya nge-wall “selamat jalan kawan”, atau “semoga amal ibadahmu diterima di sisi Allah SWT”, dan semacamnya, haah, nampaknya benar, mulyadi sudah pergi.
Setelah beberapa menit kemudian, sekitar pukul 19.00, ada info resmi di grup Alumni SMAN 47 Jakarta 2009 dari Renaldy,Mulyadi meninggal karena kecelakaan mobil di Madura, ditabrak truk kontainer katanya. Yah mungkin memang takdir, kita emang bisa ngendaliin setir mobil kita sendiri, tapi mungkin ada banyak hal di luar kuasa kita yg tak bisa kita kendalikan, kecelakaan itu salah satu contohnya.
Mulyadi namanya, gue sama anak-anak manggilanya “Mul”,meskipun si Mulyadi sendiri ga pernah mau dipanggil Mul, “panggil gue Adi aja”, katanya. Tapi karena udh kebiasaan , alhasil sampai lulus pun kita manggil dia tetep “Mul”, hhe. Mulyadi ini salah satu orang paling kuat yg pernah gue temuin semasa SMA, dia pernah cerita ke gue waktu SMP dia sering berantem dan ga pernah kalah, waktu main panco sama si Mul pun ga pernah sekalipun gue menang, ya iyalah, si Mulyadi ini juara 2 panco se SMA 47 waktu itu ketika kami kelas 1, dia hanya kalah oleh Udin, senior angaktan 2008.
Mulyadi ini salah satu sohib baik gue waktu kita sekelas, pas kelas 1 sma. Inget ga Mul, awal-awal SMA, kita bertiga, Lo, gue , Tommy, selalu makan bareng tiap hari pas istirahat di pinngiran taman deket kantin koperasi. Inget juga ga Mul, Gue,Lo,Nanda, Oblo, Bedus, Irfan, Yadika, Tommy, nginep bareng di rumah Nanda, malem minggu, sebelum esok paginya kita ambil nilai atletik di Senayan. Kenangan indah banget tuh Mul pas nginep itu, hha.
![]() |
Dari kiri ke kanan ( Bedus, Irfan, Gue, Yadika, Tommy, Mulyadi, Nanda) |
Adalagi kenangan waktu gue naksir cewek mul, tapi gue belom tau namanya siapa waktu itu, eeh pas gue kasi tau lo, malah lo yg nyamperin tu cwe, nyari tau namanya, minta no.hp nya , terus lo kasih ke gue hahaha. “ Ni man, gue dapat no. Hpnya ,telpon gih “ haha. Atau waktu pas kita outbond UKT waktu kelas 1, pas yg lainnya lagi istirahat, lo ngajak kita( gue , nanda, bedus, irfan, oblo, yadika, tommy) main paling jauh, nanjak bukit, becek, pake sendal jepit doang lagi hha. Tapi akhirnya nyampe juga ke puncak bukit.
![]() |
UKT 2009,Dari kiri ke kanan ( Oblo, Mulyadi, Bedus, Gue, Nanda) |
Aaaah, banyak banget kenangan sama lo mul , apalagi pas kelas 1 SMA dulu. Tapi sekarang lo udah menghadap yang Kuasa lebih dulu. Selamat Jalan kawan, semoga amal ibadah lo selama di dunia di terima di sisi Allah SWT, dan keluarga yang lo tinggalkan diberi kesabaran. Akhir kata, kita semua juga semua pasti akan nyusul elo Mul, tapi kapan, entahlah, karena kita takkan pernah tau kapan dan di mana kita akan mati.
Bandung, September 2014
*Teruntuk Kawan Baikku, Mulyadi,semoga amal Ibadahmu di terima di sisi Allah SWT , amiiin.
Jumat, 12 September 2014
Dunia
Dunia
Soal dunia, dulu saya dan teman saya sekomplek si sapta penah membahas soal ini, malam hari ketika Bulan Ramadhan tahun 2014. Si Sapta membuka pembahasannya soal dunia dengan surat Al-Hadid ayat 20. Dalam ayat itu disebutkan dunia itu hanya senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu, serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan.
Kami membuka obrolan lebih jauh pertama mengenai saling berbangga. Banyak sekali contoh yang kami utarakan soal saling berbangga dalam kehidupan , bahkan termasuk kami sendiri pelakunya.Kami berpendapat soal saling berbangga adalah sesuatu hal yang diucapkan atau dilakukan yang berkepentingan menaikkan derajat orang tersebut di mata seseorang. Bahkan kadang dengan cara ucapan atau tindakan yang merendahkan seseorang agar derajat seseorang tersebut lebih tinggi.
Buaaanyak banget contohnya,dari hal besar seperti pamer kekayaan sampai hal kecil seperti candaan sehari-hari antar teman, atau debat membahas sesuatu hal.yang kadang terselip kata yg merendahkan orang agar orang tersebut lebih tinggi derajatnya, nikmat mungkin memang rasanya, tapi cuma sesaat.
Soal merendahkan dan meremehkan demi berbangga-bangga ini sebenarnya bahaya, bahaya banget. Karena orang yang sering merendahkan orang biasanya pernah direndahkan juga,dan yg sering direndahkan biasanya cenderung akan merendahkan orang lain pula yang dia pikir lebih lemah.Dan orang yang terbiasa merendahkan orang sih biasanya selalu menganggap dirinya paling benar,akibatnya, lebih banyak omong daripada mendengarkan, lalu peluang untuk melihat sesuatu secara akal sehat dan lebih objektif makin berkurang. Efek secara luasnya ,mungkin, kepentingan pribadi dan golongan diatas kepentingan orang banyak. Akibatnya, ketidakadilan dan kesewenang-wenangan merajalela dimana-mana.
Sekali lagi , memang enak sih rasanya mungkin merasa lebih tinggi dari orang lain,candu kali ya, tapi cuma sesaat. Soalnya dalam konteks keseluruhan , tiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangan lah,jadi harusnya saling mengisi. Lagipula apa susahnya sih mengakui kelebihan orang dan mengakui kelemahan kita, apa susahnya senang melihat orang lain senang. Apa susahnya menjaga ini lisan agar ga meremehkan orang. Ngomong sih gampang ya, tapi pada level praktiknya mungkin memang sulit, ya itu , karena candu saling berbangga, lalu karena kita sering membanding-bandingkan kita dengan orang lain.
Berbangga-bangga,Yah mungkin itulah tabiat kita semua, kita semua pelakunya ko, walau tidak dalam hal besar, dalam hal-hal kecil pun mungkin ada. Mungkin memang nikmat rasanya, tapi sebagai muslim , harusnya kita melihat potongan ayat surat al hadid ayat 20 selanjutnya yang menyebutkan bahwa perumpamaan dunia itu seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Intinya sih seperti kalimat yg mungkin klise yg sering kita denger, harta, kekayaan, kebanggan ga di bawa mati, yg di bawa mati maanfaat yg diberikan karena harta itu . Tapi di level praktiknya, kita harus benar-benar berjuang untuk hidup seperti kalimat klise tersebut. Karena banyak intervensinya, apalagi kalau bukan nafsu kita yg tak terkendali terhadap harta, tahta, lawan jenis, perasaan bangga, berjasa, dan riya.
Bandung, September 2014
Soal dunia, dulu saya dan teman saya sekomplek si sapta penah membahas soal ini, malam hari ketika Bulan Ramadhan tahun 2014. Si Sapta membuka pembahasannya soal dunia dengan surat Al-Hadid ayat 20. Dalam ayat itu disebutkan dunia itu hanya senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu, serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan.
Kami membuka obrolan lebih jauh pertama mengenai saling berbangga. Banyak sekali contoh yang kami utarakan soal saling berbangga dalam kehidupan , bahkan termasuk kami sendiri pelakunya.Kami berpendapat soal saling berbangga adalah sesuatu hal yang diucapkan atau dilakukan yang berkepentingan menaikkan derajat orang tersebut di mata seseorang. Bahkan kadang dengan cara ucapan atau tindakan yang merendahkan seseorang agar derajat seseorang tersebut lebih tinggi.
Buaaanyak banget contohnya,dari hal besar seperti pamer kekayaan sampai hal kecil seperti candaan sehari-hari antar teman, atau debat membahas sesuatu hal.yang kadang terselip kata yg merendahkan orang agar orang tersebut lebih tinggi derajatnya, nikmat mungkin memang rasanya, tapi cuma sesaat.
Soal merendahkan dan meremehkan demi berbangga-bangga ini sebenarnya bahaya, bahaya banget. Karena orang yang sering merendahkan orang biasanya pernah direndahkan juga,dan yg sering direndahkan biasanya cenderung akan merendahkan orang lain pula yang dia pikir lebih lemah.Dan orang yang terbiasa merendahkan orang sih biasanya selalu menganggap dirinya paling benar,akibatnya, lebih banyak omong daripada mendengarkan, lalu peluang untuk melihat sesuatu secara akal sehat dan lebih objektif makin berkurang. Efek secara luasnya ,mungkin, kepentingan pribadi dan golongan diatas kepentingan orang banyak. Akibatnya, ketidakadilan dan kesewenang-wenangan merajalela dimana-mana.
Sekali lagi , memang enak sih rasanya mungkin merasa lebih tinggi dari orang lain,candu kali ya, tapi cuma sesaat. Soalnya dalam konteks keseluruhan , tiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangan lah,jadi harusnya saling mengisi. Lagipula apa susahnya sih mengakui kelebihan orang dan mengakui kelemahan kita, apa susahnya senang melihat orang lain senang. Apa susahnya menjaga ini lisan agar ga meremehkan orang. Ngomong sih gampang ya, tapi pada level praktiknya mungkin memang sulit, ya itu , karena candu saling berbangga, lalu karena kita sering membanding-bandingkan kita dengan orang lain.
Berbangga-bangga,Yah mungkin itulah tabiat kita semua, kita semua pelakunya ko, walau tidak dalam hal besar, dalam hal-hal kecil pun mungkin ada. Mungkin memang nikmat rasanya, tapi sebagai muslim , harusnya kita melihat potongan ayat surat al hadid ayat 20 selanjutnya yang menyebutkan bahwa perumpamaan dunia itu seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Intinya sih seperti kalimat yg mungkin klise yg sering kita denger, harta, kekayaan, kebanggan ga di bawa mati, yg di bawa mati maanfaat yg diberikan karena harta itu . Tapi di level praktiknya, kita harus benar-benar berjuang untuk hidup seperti kalimat klise tersebut. Karena banyak intervensinya, apalagi kalau bukan nafsu kita yg tak terkendali terhadap harta, tahta, lawan jenis, perasaan bangga, berjasa, dan riya.
Bandung, September 2014
Kamis, 11 September 2014
Rasa Sesal
“Rasa sesal, di dasar hati, diam tak mau pergi, haruskah aku lari dari kenyataan ini”- Iwan fals
Penyesalan, yah siapa sih yang ga pernah menyesal? Mungkin hanya anak-anak yg belum tau apa itu arti penyesalan. Lalu apa sih penyesalan itu ? penyesalan hanyalah sebuah rasa, sebuah perasaan, ya perasaan menyesal.
Lantas kenapa perasaan itu ada? Menurut saya pribadi , perasaan itu muncul sebagai feedback , sinyal yg memberi tahu bahwa sebenarnya kita bisa ,misalnya, mencapai tujuan kita, namun karena kita yang malas, suka menunda, tujuannya jadi tidak tercapai, dan muncullah apa yg dinamakan rasa sesal itu.
Perasaan menyesal itu mungkin juga sebagai peringatan bahwa yang lalu-lalu, yang jelek-jelek dari diri kita, yg menyebabkan tujuan kita tidak tercapai, agar jangan sampai diulangi lagi.Tapi yg ini gampang-gampang susah.
Tapi mungkin sebenarnya,rasa sesal itu bermanfaat ko,Coba bayangkan kalau tidak ada rasa sesal? Bukankah kita hanya seonggok benda kalau begitu, bukan manusia. Bayangkan kalau manusia tidak diberi mekanisme rasa sesal dalam dadanya? Yang petantang petenteng akan semakin petantang petetenteng. Mau hukumnya seberat apapun tetap tidak akan jera.
Yang ga berguna itu mungkin kalau terus larut dalam rasa sesal itu , tanpa ada kemauan untuk tobat. Padahal Allah SWT maha pemaaf, yg ampunannya seluas langit dan bumi.
Selama masih hidup di dunia, rasa sesal mungkin harus diterima dengan lapang dada,dan rasa sesal itu masih bisa diatasi. Caranya tentu saja dengan taubat.
Kalau sebagai muslim tentu saja rasa sesal yg harus, dan sangat harus diwaspadai adalah rasa sesal tidak taat perintah Allah, dan ketika di akhirat, kita memohon mohon untuk dikembalikan ke dunia untuk mengulang lagi semuanya, tapi apa daya, rasa sesal pada saat itu mungkin sudah takkan bisa diatasi, kecuali dengan perbuatan2 baik kita di dunia.
Yaa gitu dulu deh , untukmu dariku, yang mungkin kamu pernah mempunyai rasa sesal dalam hidup, berita baiknya kamu ga sendirian, hhe
Sebagai penutup, untuk yg muslim coba buka QS Al hadid ayat 22-24
Bandung, september 2014
Langganan:
Postingan (Atom)