Pelajaran memang bisa datang dari
mana saja, tidak harus selau dari buku-buku, motivator, internet, bahkan dari
teman-teman di sekitar kita pun pelajaran itu bisa kita dapat. Asal kita mau
sedikit mengamati.Nah, pelajaran yang satu ini saya dapat dari teman senasib
seperjuangan pada masa kuliah saya (sekarang pun juga masih kuliah sih) , jadi
walaupun teman saya ini sama slengeannya kaya saya, sama ga benernya , haha,
tapi ada satu sikap dia yang membuat saya acungi jempol, apa itu? Yaitu dia
kalau makan selalu menghabiskannya sampai butir nasi yang terakhir.
Saya pun juga sebenarnya kalau
makan jarang menyisakan makanan, hanya
beberapa kali saja,insya Allah dihabiskan, namun habis versi –nya saya dan kebanyakan orang biasanya
sih pasti masih menyisakan beberapa butir nasi. Ya, jadi tidak habis sampai
butir nasi yang terakhir. Sepintas mungkin ini merupakan hal kecil , hal biasa,
tapi apa iya begitu?
Coba kita lihat perhitungan di
bawah ini..,
Ternyata eh ternyata ya masih
banyak kasus kelaparan di di dunia ini, di saat kita besok berpikir mau makan
apa, di belahan bumi yang lain mungkin ada yang bingung besok bisa makan atau
tidak. Lalu apakah dengan kita selalu menghabiskan sampai sebutir nasi bisa
mengurangi kasus-kasus kelaparan yang terjadi? Mungkin secara langsung tidak,
tapi setidaknya kita menghargai diri kita dan makanan itu sendiri, dan bahkan
hal itu bisa melatih kita utuk berpikir dua kali sebelum makan.Apakah mau makan
secukupnya apa mau makan berlebihan? Yah itu pilihan, asal syaratnya satu,
dihabiskan.
Sejak kecil pun ayah dan ibu kita
mungkin sering cerewet mengingatkan kita soal menghabiskan makanan ini, “jangan
buang-buang makanan, ntar nasinya nangis “,atau “hargai kerja keras petani,
bikin beras ga gampang”. Yah nasihat orangtua pasti maksudnya selalu baik.
Oh ya, Kalian tau saat2 yang
paling nikmat menyantap makanan? Ya, pada saat kita benar-benar kelaparan,
bahkan nasi dan kerupuk pun sangat nikmat rasanya. Kalau bagi kita yang muslim,
mungkin ketika bulan ramadhan ketika saat berbuka puasa setelah seharian benar-benar
berpuasa, mungkin ditambah dengan bekerja dan berolahraga. Waktu berbuka
rasanya pasti nikmat sekali, sebenarnya, mungkin itu salah satu intinya puasa,
mengajarkan sedikit penderitaan untuk pemahaman yang mahal harganya
Saya sendiri pun pernah mengalami
saat2 kelaparan , dulu waktu masa kaderisasi masuk organisasi pecinta alam di
kampus,waktu kegiatan survival di hutan, di mana hanya boleh makan dan minum
hanya dari bahan-bahan yang tersedia di hutan, rasanya perut keroncongan sekali
saat itu, saya benar-benar merasakan lapar yang sebenar-benarnya lapar. Lalu baru
saat acara penutupan lah saya benar-benar merasakan nikmatnya apa itu makanan.
Seharusnya sih itu menjadi salah satu pelajaran yang berharga yang saya alami
soal makanan, karena merasakan langsung
apa itu lapar. Namun, entah kenapa pelajaran berharga tersebut menguap begitu
saja seiring hari-hari ,buktinya? Kadang-kadang saya masih menyisakan makanan.
yah mungkin salah satu penyebabnya hal ini belum terpatri ke alam bawah sadar,
berarti belum dibiasakan.
Oh ya, apa kalian sering sebal,
jengah kalau melihat berita-berita mengenai
pejabat-pejabat koruptor ? Kalau iya, sama, saya juga. Contohnya mungkin yang
membuat kita sebal, ketika pejabat-pejabat tersebut menumpuk harta kekayaannya
dengan korupsi dan apalah itu , dan kita bertanya-tanya, “memangnya gaji dia
kurang apa?” Lalu kita berkomentar,”di wilayah kekuasaan pejabat tersebut,banyak
sebenarnya yang perlu di perbaiki di sektor pendidikan, infrastruktur ,dsb,
lebih baik dia gunakan harta kekayaannya itu untuk membantu sesama, tidak etis
rasanya seorang pejabat bermewah-mewahan di saat ada rakyatnya yang masih
kesusahan”, mungkin kira-kira begitu inti komentar-komentarnya dari yang saya baca
di media massa dan saya lihat di televisi.
Saya sering berpikir bagaimana
kalau seandainya kita yang diberitakan di media massa, di televisi. Isi
beritanya mengenai kita yang selalu makan mewah, selalu makan berlebihan , dan
sering menyisakan makanan. Lalu yang menontonnya adalah saudara-saudara kita
yang kelaparan, lalu berkomentar, “mubazir banget nasinya”,”mending buat kita”,
“ga etis rasanya makan berlebihan di saat masih ada yang kelaperan”,dsb,
kesimpulannya,berarti mungkin aja sebenarnya, sejatinya kelakuan kita ga berbeda jauh sama
koruptor-koruptor itu, pejabat penumpuk harta itu, hanya mungkin di ruang
lingkup yang lebih kecil dan ga di beritain aja. Jadi ingat , selalu ngaca dulu,
biar ganteng
Ya, mungkin menyisakan makanan
bagi kita yang berkecukupan ini merupakan hal-hal kecil (yang penting) yang
kadang kita lupakan, tapi mungkin tidak bagi yang sedang kelaparan. Jadi ya,
intinya, diinget-inget dan dibiasain aja, untuk selalu berusaha menghabiskan
makanan sampai butir nasi yang terakhir. Yang penting berusaha menghabiskan
dulu deh…
Cuma mau menuangkan isi pikiran,cuma mau ngingetin sih, tapi
jangan lupa ngingetin saya juga yaa, trima kasih
Firman Fakhri
10 November 2013
0 comments:
Posting Komentar