Jumat, 22 November 2013

Kita Hidup dalam Perbandingan-Perbandingan



“Ray, semua itu hanya perbandingan. Otak manusia sejak lama terlatih menyimpan banyak perbandingan berdasarkan versi mereka sendiri, menerjemahkan nilai seratus itu bagus, nilai lima puluh itu jelek. Hidup seperti ini kaya, hidup seperti itu miskin. Otak manusia yang keterlaluan pintarnya mengumpulkan semua kejadian-kejadian itu dalam sebuah buku besar, yang disebut buku perbandingan.

“Buku itu lantas diserahterimakan kepada generasi penerusnya, selalu diperbaharui sesuai kebutuhan jaman, yang sayangnya dalam banyak hal, lama-lama perbandingan itu menjadi amat menyedihkan. Mempunyai harta benda itu baik, miskin-papa itu jelek. Benar- benar ukuran yang tidak hakiki. Bagaimana mungkin posisinya tetap lebih baik kalau harta benda itu didapatkan dengan cara-cara yang tidak baik? Bagaimana pula tetap lebih jelek kalau kemiskinan itu memberikan kehormatan hidup?”

Dua paragraph diatas diambil dari Novel Rembulan tenggelam di wajahmu( hal 415-416) karangan tere liye.

Kita hidup dalam perbandingan-perbandingan.Entah sejak kapan , sadar dan tidak sadar, hidup saya dan kita mungkin seperti itu. Kita dalam hal ini mungkin adalah remaja tanggung dan orang dewasa yang sudah banyak pengalamannya. Namun saya rasa hal ini tidak berlaku buat anak kecil, karena anak kecil belum mempunyai banyak parameter-parameter perbandingan dalam hidupnya, beluum aja yaa.

Kebanyakan dari kita membanding-bandingkan menurut cermin sosial, menurut kebanyakan orang, kalau kebanyakan orang melakukan hal ini, maka hal itulah yg benar, kalau hanya sedikit orang yg melakukan ini, maka orang enggan melakukannya. Kalau mau bahagia, harus punya ini itu, keren itu harus begini begitu,  Masalahnya adalah, tidak semua yg dilakukan kebanyakan orang itu benar, namun belum tentu juga salah.Dan tidak semua juga yg dilakukan sedikit orang itu salah, siapa tau benar. 

Namun,entahlah , batas2 antara hal yang benar dan yg salah di jaman sekarang, dalam sistem2 yg dibuat manusia semakin tidak jelas saja, mungkin yang kita kira baik ternyata tidak baik,tidak sesuai dengan nilai-nilai agama, dan sebaliknya.ya,mungkin itulah kenapa kita harus selalu “membaca” apa saja.Berpikir lebih kritis perbandingan mana yg bahaya dan yg mana yg bermanfaat.

Seperti apa perbandingan2 yg berbahaya? yaitu perbandingan yg selalu membuat kita merasa kurang dan merasa rendah diri,karena perbandingan-perbandingan itu boleh jadi akan membuat hidup kita jadi tidak lepas,luwes, bebas seperti anak kecil, dan tidak objektif, dan satu lagi tidak bahagia, dan kalau kita tidak bahagia , itu kan bahaya.

Lalu perbandingan mana yg baik bagi kita, oke kita kutip lagi paragraf dalam novel rembulan tenggelam di wajahmu, “ ketika kau merasa hidupmu menyakitkan dan kau merasa muak dengan semua penderitaan maka itu saatnya kau harus melihat ke atas, pasti ada kabar baik untukmu, janji-janji, masa depan. Dan sebaliknya ketika kau merasa hidupmu menyenangkan dan selalu merasa kurang dengan semua kesenangan, maka itulah saatnya kau harus melihat ke bawah, pasti ada yang lebih tidak beruntung darimu. Hanya sesederhana itu. Dengan begitu , kau selalu pandai bersyukur.

Jadi, itu yang pertama, lihatlah ke atas dan ke bawah, oh ya,atas dan bawah dalam kalimat di atas pengertiannya luas , tidak selalu identik dengan harta.

Yang kedua, kalau mau membanding-bandingkan,bandingkan saja diri kita dengan diri kita sendiri.Dengan parameter diri kita yang dulu dan diri kita yang sekarang. Kalau lebih baik, alhamdulillah, kalo ga ya berusaha lgi, tapi biasanya sih kita yg sekarang cenderung lebih baik dari kita yang dulu. 

Yang terakhir, mengenai buku perbandingan yg sebutkan di paragraf atas, jadi jangan sampai generasi penerus kita menerima buku perbandingan yg salah dari kita, sebisa mungkin jangan sampai perbandingan2 yg belum tentu benar yg kita alami tersampaikan ke bawah. Cepat atau lambat mau gam au kita harus jadi orang dewasa yang keren,memberi contoh yang baik pada adik-adik kita.

Haaah ,orang dewasa yg keren? Teladan yg baik? Rasanya kalimat2 itu masih jauuuh sekali dari saya,malah sebaliknya, mungkin saya jago sekali dalam pemberi contoh yang tidak baik haha. Apa kalian juga begitu? Kalau iya, berarti kita saling membutuhkan untuk saling mengingatkan.

Firman Fakhri
22 November 2013




0 comments:

Posting Komentar

© Free Like a Swallow 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis