“Ray, semua itu hanya
perbandingan. Otak manusia sejak lama terlatih menyimpan banyak perbandingan
berdasarkan versi mereka sendiri, menerjemahkan nilai seratus itu bagus, nilai
lima puluh itu jelek. Hidup seperti ini kaya, hidup seperti itu miskin. Otak manusia
yang keterlaluan pintarnya mengumpulkan semua kejadian-kejadian itu dalam
sebuah buku besar, yang disebut buku perbandingan.
“Buku itu lantas diserahterimakan
kepada generasi penerusnya, selalu diperbaharui sesuai kebutuhan jaman, yang
sayangnya dalam banyak hal, lama-lama perbandingan itu menjadi amat
menyedihkan. Mempunyai harta benda itu baik, miskin-papa itu jelek. Benar-
benar ukuran yang tidak hakiki. Bagaimana mungkin posisinya tetap lebih baik
kalau harta benda itu didapatkan dengan cara-cara yang tidak baik? Bagaimana
pula tetap lebih jelek kalau kemiskinan itu memberikan kehormatan hidup?”
Dua paragraph diatas diambil dari
Novel Rembulan tenggelam di wajahmu( hal 415-416) karangan tere liye.
Kita hidup dalam
perbandingan-perbandingan.Entah sejak kapan , sadar dan tidak sadar, hidup saya
dan kita mungkin seperti itu. Kita dalam hal ini mungkin adalah remaja tanggung
dan orang dewasa yang sudah banyak pengalamannya. Namun saya rasa hal ini tidak
berlaku buat anak kecil, karena anak kecil belum mempunyai banyak
parameter-parameter perbandingan dalam hidupnya, beluum aja yaa.
Kebanyakan dari kita
membanding-bandingkan menurut cermin sosial, menurut kebanyakan orang, kalau
kebanyakan orang melakukan hal ini, maka hal itulah yg benar, kalau hanya sedikit
orang yg melakukan ini, maka orang enggan melakukannya. Kalau mau bahagia,
harus punya ini itu, keren itu harus begini begitu, Masalahnya adalah, tidak semua yg dilakukan
kebanyakan orang itu benar, namun belum tentu juga salah.Dan tidak semua juga
yg dilakukan sedikit orang itu salah, siapa tau benar.
Namun,entahlah , batas2 antara
hal yang benar dan yg salah di jaman sekarang, dalam sistem2 yg dibuat manusia
semakin tidak jelas saja, mungkin yang kita kira baik ternyata tidak baik,tidak
sesuai dengan nilai-nilai agama, dan sebaliknya.ya,mungkin itulah kenapa kita
harus selalu “membaca” apa saja.Berpikir lebih kritis perbandingan mana yg
bahaya dan yg mana yg bermanfaat.
Seperti apa perbandingan2 yg berbahaya? yaitu perbandingan yg selalu membuat kita merasa kurang dan merasa rendah diri,karena perbandingan-perbandingan itu boleh jadi akan
membuat hidup kita jadi tidak lepas,luwes, bebas seperti anak kecil, dan tidak
objektif, dan satu lagi tidak bahagia, dan kalau kita tidak bahagia , itu kan
bahaya.
Lalu perbandingan mana yg baik
bagi kita, oke kita kutip lagi paragraf dalam novel rembulan tenggelam di
wajahmu, “ ketika kau merasa hidupmu menyakitkan dan kau merasa muak dengan
semua penderitaan maka itu saatnya kau harus melihat ke atas, pasti ada kabar baik untukmu, janji-janji, masa depan. Dan
sebaliknya ketika kau merasa hidupmu menyenangkan dan selalu merasa kurang
dengan semua kesenangan, maka itulah saatnya kau harus melihat ke bawah, pasti ada yang lebih tidak
beruntung darimu. Hanya sesederhana itu. Dengan begitu , kau selalu pandai bersyukur.
Jadi, itu yang pertama, lihatlah
ke atas dan ke bawah, oh ya,atas dan bawah dalam kalimat di atas
pengertiannya luas , tidak selalu identik dengan harta.
Yang kedua, kalau mau
membanding-bandingkan,bandingkan saja diri kita dengan diri kita sendiri.Dengan
parameter diri kita yang dulu dan
diri kita yang sekarang. Kalau lebih
baik, alhamdulillah, kalo ga ya berusaha lgi, tapi biasanya sih kita yg
sekarang cenderung lebih baik dari kita yang dulu.
Yang terakhir, mengenai buku
perbandingan yg sebutkan di paragraf atas, jadi jangan sampai generasi penerus
kita menerima buku perbandingan yg salah dari kita, sebisa mungkin jangan
sampai perbandingan2 yg belum tentu benar yg kita alami tersampaikan ke bawah.
Cepat atau lambat mau gam au kita harus jadi orang dewasa yang keren,memberi
contoh yang baik pada adik-adik kita.
Haaah ,orang dewasa yg keren? Teladan
yg baik? Rasanya kalimat2 itu masih jauuuh sekali dari saya,malah sebaliknya, mungkin
saya jago sekali dalam pemberi contoh yang tidak baik haha. Apa kalian juga
begitu? Kalau iya, berarti kita saling membutuhkan untuk saling mengingatkan.
Firman Fakhri
22 November 2013
0 comments:
Posting Komentar