Sabtu, 30 November 2013

Nasihat Pak Subhan



Dulu, waktu saya masih sekolah di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta, guru fisika saya , Pak Subhan sering marah kalau saat dia mengajar, kami malah mengobrol, tidak memperhatikan, atau melamun di dalam kelas. Alhasil kalau dia mengajar, kami semua pasti benar-benar diam dan memperhatikan. Dia adalah salah satu guru killer di smp kami saat itu (menurut saya sih). Namun, sebenarnya bukan hanya ke-killer-an nya saja, tapi juga alasan yang dia sampaikan kenapa kami harus semangat belajar sangat mengena di hati, cailaah.

Jadi alasannya kira-kira seperti ini yang dia bilang “ Dosa, sungguh benar-benar dosa kalau kalian tidak mau atau malas belajar, kalian tau ga? Di saat kalian punya segala yang dibutuhkan untuk mendapatkan pendidikan yang baik, guru-guru yang baik, di luar sana masih banyak yang belum dan tidak bisa sekolah karena masalah ekonomi, mau jadi apa yang belum mampu di luar sana kalau kalian aja yang mampu kelakuannya kaya gini, males belajar, kalian dosa lho”.Bagi anak smp seperti kami alasannya itu ngena banget.

Namun apa yg terjadi sekarang, menurut saya, semangat belajar kita (atau saya doang kali ya) kebanyakan cenderung menurun dari sd, smp, sma, apalagi pada saat kuliah ini. Tren-tren yang berkembang saat kuliah yang membuat malas belajar mungkin seperti “ipk itu bukan, segalanya”,”ah, ntar juga ilmunya ga ke pake di dunia kerja”, rasanya berbeda jauh pada saat sd, atau smp ,yang belajar memang karena ingin belajar, ga ada intervensi apa-apa.

Saya sendiri pun sering mengalami males belajar saat kuliah, sering banget malah,kalau pak subhan tau, mungkin dia marah banget,dan biasanya alasan males belajar nya ampuh banget, “saya ga cocok dengan jurusannya, saya memang tidak mau jurusan ini awalnya”, sehingga pembenaran-pembenaran seperti “ipk bukan segalanya” atau “ilmunya ntar ga ke pake di dunia kerja” sering  menghampiri pemikiran kita, entah benar atau tidak.

Kalau memang yg ga cocok dengan jurusannya, pilihannya jelas sih, Cuma ada dua, maju terus atau pindah kuliah. Kalau untuk yg salah jurusan, dan karena beberapa sebab,tidak mungkin pindah, beridealisme lah dengan realita, berbuatlah sesuai kapasitas masing-masing. Jadi, jangan mengedepankan ego.

Kalau kata teman saya,kalau sudah berusaha semaksimal mungkin namun keinginan kita tidak sesuai, berarti memang itu jalannya, pasti ada sebabnya kenapa Tuhan “meletakkan” kita di sini, tidak ada yg namanya kebetulan.Mungkin Tuhan “meletakkan” kita di sini untuk memberikan pemahaman hidup yang lebih baik melalui teman-teman kita.atau memang potensi tersembunyi kita memang di tempat ini, siapa yg tau

Tapi kadang ada juga yg berpikir bahwa kita malas belajar dan kurang bergairah disebabkan sistem pendidikan di negeri ini , harusnya begini lah begitulah,kita punya idealisme masing-masing harusnya sistem pendidikan di negeri ini seperti di amerika lah,finlandia, atau seperti di novel totto chan lah,mungkin memang benar. Namun, kalau kita belum punya kekuatan untuk mengubahnya, ya udah, simple, jalanin aja dulu, sesuaikan idealisme kita dengan realitanya, berbuat sesuai kapasitas masing-masing. Nanti di masa kalau kita sudah jadi stakeholder, sudah punya power dan kekuasaan,cailaah, baru deh ubah sistemnya kalau dirasa kurang memuaskan.bantu pemerintah.

Terakhir,Inti nasihat dari pak subhan mungkin seperti ini,”gunakan waktu sebaik mungkin”,”belajar untuk bermanfaat bgi orang lain”,”jangan petantang petenteng” “mbok yo sadar akan kondisi sekitar biar lebih bersyukur”, kalau teringat nasihat pak subhan dan kelakuan saya selama ini, jadi pengen nangis rasanya hahaha, berapa banyak saya sudah buang-buang waktu ya?berapa kali saya petantang petenteng? dan berapa kali pula saya ga peduli ya?, mudah-mudahan di tulis panjang lebar begini bisa jadi bahan introspeksi , biar ga lupa, biar ga mendem di pikiran doang.

Firman fakhri

1 Desember 2013

0 comments:

Posting Komentar

© Free Like a Swallow 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis