Sabtu, 16 November 2013

Introspeksi dan hal-hal kecil yang kongkrit



Sekarang mungkin banyak sekali di sekitar kita yang pandai mengkritik sesuatu tanpa mau berusaha terlibat dalam sistemnya,mengkritik seseorang tanpa berkaca ke diri sendiri setelahnya, dan juga yang pandai menyuarakan sesuatu namun tidak ada langkah kongkrit untuk mencapainya,banyak sekali, dan sayangnya, saya sendiri pun merasa menjadi bagian hal-hal yang saya sebutkan di atas, malah mungkin saya jago sekali. 

Entahlah kenapa, namun lebih baik saya tuangkan dalam tulisan daripada tidak, teringat nasihat teman dulu, “jangan ngebatin!” , lebih baik tuangkan, lebih baik ceritakan.Yah, jadi bodo lah walaupun saya masih merasa seperti yg saya sebutkan di paragraf atas

Jadi boleh kah kita mengkritik suatu sistem atau seseorang ? boleh, tentu saja boleh, kritik adalah tanda kepedulian kita, kritik bisa jadi “tanda” ketidakberesan yang terjadi dalam suatu sistem, kritik adalah baik dalam konteks “saling mengingatkan”. Namun, selalu pastikan sebelum dan setelahnya, kita selalu introspeksi diri, apakah kita ternyata sama saja dengan yg kita kritik, apakah kita sudah berkontribusi dalam sistem yang kita kritik atau belum.

Mengapa introspeksi diri ini begitu penting? Ada beberapa jawaban

Yang pertama, agar kita tidak merasa angkuh, tidak merasa hebat dengan nasihat2 yg kita keluarkan,agar kita selalu beristighfar , minta ampun kepada Tuhan, karena manusia memang tempatnya salah dan lupa.Kalau kita merasa sombong sedikit saja, tamat sudah.

Yang kedua, kita harus introspeksi diri, karena menurut saya, kritik, nasehat2 orang lain itu tidak akan mempan kalau kita tidak ada kesadaran untuk menerima hal tersebut, dan kesadaran untuk menerimanya itulah yg disebut introspeksi diri

Yang ketiga kita harus introspeksi diri, (kebalikan dari nomor dua di atas),karena kadang ga selamanya yg di kritikkan orang tentang kita itu benar, kadang di hati kita sebenarnya kita sudah tau jawaban2 atas apa yang kita pertanyakan, atas apa yang mau kita lakukan,jadi gimana caranya kita tetap menerima kritik2 tersebut namun di saat yg bersamaan ,kita juga telaah apa yang dikritikkan itu benar.

Yang keempat, kita harus introspeksi diri karena demi sistem yang lebih baik. Jadi begini, setiap sistem pasti memiliki tujuan, dan tujuan dalam sebuah sistem pasti dilakukan secara bersama-sama.Lalu faktor apa biasanya yang membuat tujuan itu gagal? Misal dalam kepanitiaan atau organisasi ketika melakukan suatu kegiatan, pasti ada saja hal yg tidak tepat sasaran, dan itu biasanya dikarenakan karena faktor human error.
Apa biasanya solusinya dalam evaluasi untuk faktor human error ini? Setelah evaluasi secara teknis,jawaban yang biasa saya dengar adalah “kembali lagi pada pribadinya masing-masing”, dan menurut saya pun ini salah satu yang paling ampuh.Sebagai contoh,kita tahu di negeri kita banyak masalah, apa solusi yang paling baik selain penegakan hukum yg ditegakkan setegak tegaknya?, ya itu kembali pada diri masing2, coba pikir, kalau semua pejabat,penegak hukum memastikan dirinya berbuat baik,jujur, bermanfaat bagi orang lain, kemungkinan besar masalah-masalah di negeri ini selesai dengan sendirinya, mungkiin siih.Jadi intinya, introspeksi

Lalu, setelah introspeksi ,apalagi? Ya harus berubah jadi lebih baik sih harusnya, dan jangan lupa diikuti tindakan-tindakan, langkah2 yang kongkrit. Kongkrit berarti jelas dan spesifik. Lalu bagaimana caranya? Saya dulu suka mendengarkan ceramahnya AaGym, ilmu dari beliau yang saya ingat adalah 3M, apa itu 3M? 3M adalah, Mulai dari diri sendiri, Mulai dari sekarang , Mulai dari hal yang kecil.

Pertama,mulai dari sendiri, bener banget karena kita ga bisa ngendaliin orang lain, kita hanya bisa ngendaliin diri sendiri,kedua, mulai dari sekarang, ini juga bener banget, karena waktu itu sibuk ,ga bisa nunggu kita, bahkan dia ga peduli, bodo amat walau kita lagi seneng kek lgi galau kek, waktu terus berjalan.Apa biasanya penyakitnya yg menghalangi 2M yg pertama ini? Itu adalah malees dan menundaa, bagi saya pribadi, itu penyakit yg sangat susaah ditaklukaan.

Yang ketiga mulai dari hal yang kecil? Ini juga bener banget,soalnya kadang kita biasanya terlalu nafsu untuk berangan-angan, berbuat besar, pengen ini pengen itu,tapi hal2 kecil dilupakan.Akibatnya hal2 besar yg kita inginkan juga tidak tercapai, “Kalau kita tidak bersyukur atas hal2 kecil, maka bagaimana kita bisa menjamin akan bersyukur hal2 yang besar? Boleh jadi itulah kenapa hal2 besar itu tidak mendekat”. 

Kenapa sih harus mulai dri yg kecil dulu? Kalau kata om covey seperti ini, jadi setiap diri kita memiliki apa yang namanya rekening integritas pribadi. Setiap kita melakukan kebaikan2 kecil, janji pada diri sendiri yang kita tepati, maka saldo integritas/keyakinan dalam diri kita akan bertambah,dan keyakinan ini adalah modal penting bagi kita untuk melakukan sesuatu yang lebih besar.Sebaliknya ,saldo rekening integritas kita akan berkurang kalau kita melanggar janji2 terhadap diri sendiri.Intinya sih, kalau hal2 kecil saja tidak bisa kita lakukan, bagaimana mungkin kita akan melakukan hal2 yg lebih besar.Bahkan mungkin kalau kita selalu melakukan hal2 kecil, mensyukurinya, boleh jadi hal2 besar itu akan datang dengan sendirinya.

Jadi , lakukanlah hal2 baik yg kongkrit , ga usah muluk-muluk,mulai saja dari hal yg kecil terlebih dahulu, semisal selalu biasakan bangun pagi, selalu merapihkan kamar,pakaian2, menyapu , mengepel, bikin to do list buat hari ini,dll, dsb.

Itu saja dari saya, hanya mau menuangkan pikiran, hanya mau mengingatkan,terutama ke diri saya sendiri sih, kalo ga di tulis takut lupa soalnya. Oh ya satu lagi, jangan pernah menilai orang secara objektif dari apa yg dia omong sama yg dia tulis yaa, soalnya kadang itu cuma pencitraan, kalo mau menilai secara objektif lihat omongan+tulisan+kelakuannya sehari-hari+Tanya temen2 deketnya,temen2 satu organisasinya+lebih ampuh tanya orangtuanya langsung.Makasih, wass

Firman Fakhri
17 November 2013

0 comments:

Posting Komentar

© Free Like a Swallow 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis