Rabu, 30 Oktober 2013

Bacalah



“Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang menciptakan”

Kira-kira seperti itulah penggalan ayat Al-qur’an yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW ketika sedang menyendiri di gua hira. Lalu , pertanyaannya sekarang adalah, kenapa? Kenapa ayat ini yang pertama kali diturunkan. Kenapa perintah “bacalah” ini yang pertama kali disampaikan kepada Nabi Muhammad?

Kira-kira ini beberapa pemikiran dari beberapa sumber yang sudah saya baca, karena menurut saya akan lebih baik bila disampaikan daripada tidak, maka akan coba saya sampaikan

Oke, jadi mengapa kita harus membaca? Jadi landasan teori yang pertama adalah hidup ini pilihan, ya pilihan, itu adalah salah satu anugrah Tuhan , kita semua dianugrahi kemampuan untuk memilih, kita punya kehendak bebas untuk melakukan apa yang kita suka, jadi, Tuhan tidak memperlakukan kita seperti bidak catur.

Lalu apa sih hal yang selalu berhubungan dengan kata “pilihan”? ya, itu adalah  “keputusan”. Hidup kita ini selalu berdasarkan keputusan-keputusan yang kita buat sendiri.contoh kecilnya misal kita tau besok ada kuliah pagi jam setengah tujuh , namun pada malam hari ada permainan video game yang sangat seru menunggu untuk dimainkan. Apa yang akan kita lakukan? Apakah  kita akan memilih begadang atau tidur? Tentu saja itu terserah kita, itu adalah contoh kecil dari sebuah keputusan.

Lalu apa yang mendasari keputusan-keputusan yang kita buat? Tentu saja hal tersebut adalah ilmu dan pengetahuan. Keputusan-keputusan yang kita buat pasti tidak semua berbuah manis, beberapa mungkin ada yang berbuah kegagalan. Jadi, ini adalah salah satu maksud agar kita terus membaca, terus belajar,Agar keputusan-keputusan yang kita buat dalam hidup lebih akurat,lebih tepat dan lebih objektif.

Lalu bagaimana agar kita objektif, agar sudut pandang kita lebih luas? Yang paling mudah mungkin dengan membaca buku dari berbaga segi keilmuan, namun “membaca” menurut saya,bisa juga dengan mendengarkan pengalaman dan nasihat orang, dan yang paling asik mungkin jalan-jalan,pergi  ke berbagai tempat, berbaur, mengobrol dengan masyarakat setempat.Saya rasa pemimpin yang baik pun adalah yang biasa merakyat, berbaur, karena bagaimana mungkin dia bisa mengambil keputusan yang  bijak jikalau haya tau dari media,  jikalau dia tiak pernah melihat kondisi rakyatnya secara langsung.Ya, kira-kira itu beberapa caranya. Oh ya, satu lagi jikalau kita mau objektif, tentu saja harus menyesuaikan dengan hukum-hukum alam yang berlaku.

Ya, hukum alam,jadi begini,kita memang dianugrahi Tuhan berupa kehendak bebas untuk melakukan apa yang kita suka, namun yang harus diingat adalah kita tidak bisa memilih resiko atas apa yang telah kita perbuat. Kenapa begitu? Karena di dunia ini ada hukum-hukum alam, hukum-hukum universal yang diciptakan Tuhan yang tidak bisa kita ubah. Nah, mungkin itulah tugas kita sebagai manusia,terus “membaca” hukum-hukum alam yang ada , menyesuaikan dengan keputusan-keputusan kita agar tidak melanggarnya, biar apa? Tentu saja agar hidup kita lebih mudah dengan tidak melanggar hukum-hukum alam tersebut.

Oh ya,tapi bagaimana kita tahu bahwa  hukum-hukum itu,aturan-aturan itu benar apa tidak?akurat atau tidak, seorang senior dulu pernah memberi tahu saya jangan langsung menelan bulat-bulat hukum-hukum, aturan-aturan,apalagi yang dibuat oleh manusa, selalu pikir kenapa aturan itu dibuat, telaah dua kali, sebelum mengambil keputusan. Kalau soal benar atau tidak, menurut saya yang paling baik adalah kembali ke kepercayaan inti kita masing-masing. Kepercayaan inti di sini adalah agama.Kalau yang muslim ,tentunya kepercayaan intinya adalah kepada Allah melalui Al-qur’an dan hadits. Jadi, berapapun banyak buku, literatur yang kita baca,kita harus puya “saringan” untuk menyaring informasi-informasi tersebut yang apakah sesuai dengan kepercayaan inti kita. 

Jadi itu, menurut saya beberapa alasan mengapa kita harus “membaca”, dan lagipula "membaca" juga seakan memenuhi dahaga akan keingintahuan kita,dan yang paling penting "bagaimana" dengan membaca kita dapat menjadi lebih heppy dalam hidup

 dan salah satu yang paling mudah yang bisa kita lakukan saat ini mungkin dengan membaca buku.

Berikut ada quotes yang bagus yang saya ambil dari page fb-nya bang tere liye

“Bacalah 10 buku, maka kita akan tiba-tiba merasa sok tahu dan merasa paling pintar. Tapi tahan dulu sok tahunya....
Bacalah 50 buku, maka sok tahu-nya akan mulai berkurang, meski tetap merasa lebih pintar. Tapi juga tetap tahan dulu....
Bacalah 100 buku, maka sok tahu-nya semakin berkurang, pun merasa pintarnya. Tapi tetap tahan dulu....
Bacalah 500 buku, maka kita akan menghela nafas panjang, ternyata semakin banyak saja yang tidak kita tahu, semakin merasa belum ada apa-apanya....
Bacalah 1000 buku, dstnya”

Yaa, ga harus buku sih , baca apa sajalah yang bisa dibaca

*firman fakhri
Bandung, 31 Oktober

Senin, 28 Oktober 2013

Apa ada yang lebih berharga


Apa ada yang lebih berharga?
Daripada teman-teman seperjuangan
yang selalu senang saat kita senang
yang selalu sedih saat kita bersedih
yang selalu mencoba mengerti walau kadang tak mungkin mengerti sepenuhnya
Yang selau mengingatkan ketika kita berbuat salah
Yang dengan candanya , selalu membuat ceria, walau terkadang mengesalkan
Yang selalu peduli walau kadang-kadang kita tak peduli
Yang selalu menjadi pendengar yang baik
Yang selalu menjadi tempat sampah rengekan-rengekan  kita yang terkadang jelas pun tidak
Yang selalu mencari saat kita tiba-tiba hilang
Yang selalu memaklumi kebodohan-kebodohan kita yang berulang
Yang selalu membuat suasana menjadi ramai
Yang selalu melihat dan menerima apa adanya
Tidak peduli kita kaya, miskin, pintar , ataupun bodoh
Apa ada yang lebih berharga?
Ada
Tetu saja ada
Hal itu adalah Allah dan Rasulnya, Keluarga kita, dan nilai-nilai agama dan moral yang tidak mungkin dilanggar
Namun , selain itu?
Apa ada yang lebih berharga?

firman fakhri
Bandung, 28 Oktober 2013
*sehabis hujan, pukul 5.12 PM

Kekayaan


Pertanyaannya: Berapa banyak yg kita butuhkan? Dan berapa banyak yg sudah kita miliki?

Boleh sy tahu berapa penghasilan Anda sekarang? 1-2 juta/bulan (jika Anda buruh), atau 3-5 juta/bulan (jika Anda bekerja di salah satu perusahaan besar atau PNS dgn sistem remunerasi). 6-10 juta/bulan (jika Anda sudah memiliki 3-4 tahun pengalaman kerja). 10-15 juta/bulan (jika Anda sudah di level manajer junior atau pangkat sekian-sekian); dan seterusnya hingga 1 s/d 5 milliar per tahun jika Anda sudah berada di posisi partner perusahaan akuntan publik besar, firma konsultansi, direktur sebuah perusahaan dengan ribuan karyawan, atau profesi dokter, lawyer ngetop.

Apa sebenarnya yang kita cari dalam perjalanan tanpa ujung ini? Perjalanan 'pendapatan' seperti itukah yg sedang kita jalani? Karena jika iya, itu kabar buruk buat kita, karena hidup kita sesungguhnya berlari di rute paling lambat utk menjadi orang super-kaya di dunia. sangat2 lambat. rute kita itu bagai siput dibanding jalan tol.

Pemain sepak bola di Inggris, rata2 di gaji 500 juta/minggu. Pemain top mereka seperti Cristiano Ronaldo (sekarang pindah ke spanyol), digaji lebih dari 2 milliar/minggu. Per minggu, bukan per bulan atau per tahun. Bahkan meski kita jadi direktur perusahaan Astra Internasional, butuh 52 tahun hanya untuk menyamai gaji Ronaldo selama 1 musim (9 bulan). Itupun belum termasuk bonus2 yang dia terima. Tom Hanks dibayar 20-30 juta dollar (alias 180 -270 milliar) setiap kali tampil di film. Tiger Wood butuh satu kali kemenangan untuk mengantongi 2 juta USD. Penulis JK Rowling hanya butuh 5 tahun karir kepenulisan sejak Harry Potter meledak untuk berhasil mengumpulkan 300-500 juta poundsterling. Warren Buffet atau milliarder macam Bill Gate, setiap detik uangnya bertambah 5.000 dollar USD. Setiap detik, bukan setiap bulan atau setiap tahun.

Jadi jika di perjalanan tanpa ujung ini yg ingin kita cari adalah kekayaan, maka yg kita kerjakan sekarang: benar2 ada di jalur paling lambaaaat. Celakanya, kita justru menghabiskan waktu dgn lbh banyak chatting, nge-blog, dll pas kerja di kantor. Kita lebih banyak malas2an, ngomel, dsbgnya. Buka excell, atau ambil kalkulator, menurut definisi internasional, kita disebut kaya jika sudah memiliki aset keuangan/non keuangan produktif sebesar 1 juta dollar. Hitung dgn pendapatan kita sekarang, hingga usia kita 70 tahun, apakah angka itu akan tercapai saat kita tua? Ingat, itu asset produktif! bukan dalam bentuk rumah atau mobil.
 Akan sungguh menyedihkan, amat mengharukan, jika saat ini kita tahu persis angka 1 juta dollar itu hanyalah mimpi... dan kita juga tdk punya ide sama sekali utk mencari jalan mencapainya (kecuali berharap dpt suami kaya, atau keluarga istri/mertua kaya raya).... kita justeru tetap membuat sumpek, saling menyikut, dan melupakan hal2 yg lebih hakiki dalam hidup.

Saya terkadang sedih dan kasihan, setiap kali ngobrol dgn sopir2 angkutan umum, cleaning service, satpam, guru2... berkeliling di banyak kota, bertemu dgn banyak orang, mendengarkan mereka bicara, mereka justeru nyinyir sekali dgn betapa kecilnya gaji mereka... berkeluh-kesah... duhai, apakah kecilnya pipa rejeki yg kita miliki harus merusak keihklasan, rasa bersyukur atas pekerjaan yg ada? Sudah tidak kaya, kehilangan pahala pula (bahkan mungkin mengundang bala). Duhai, maukah kita menjadi orang yg se-merugi itu?
 Baiklah, mereka orang2 yg mungkin tdk berpendidikan, tdk tahu... tapi kita? yg dibesarkan dengan akses utk tahu, utk lbh bijak setiap hari, apakah tetap akan se-nyinyir mereka? Sayang, kan sudah capek2 kerja, tp sia-sia secara dunia dan akherat.... Jika teman kerja kita digaji lbh besar, atau siapalah digaji lbh besar, kenapa tdk nyengir saja, tersenyum, lantas bersyukur.

 Karena di titik lain yg lebih menyedihkan: ada orang2 melakukan kejahatan demi uang... Ada yg menyuap, ada yg minta suap... 6 milliar? Angka itu kecil sekali, bahkan tdk cukup utk membeli satu apartemen kelas menengah di Singapore. Menyuap 63 milliar? Angka itu bahkan tdk cukup utk membeli rumah di Hollywood. Korupsi 1,3 T... nah, kalau yg ini baru terasa besarnya. Tapi apakah sebesar itu? Tidak, kawan. Coba bandingkan dgn penghasilan Warren Buffet dan orang2 terkaya di dunia lainnya. Uang 1,3T itu seperti uang seribu rupiah dibandingkan uang satu juta milik mereka.

 Itulah kenapa dunia ini diciptakan dgn "ukuran2". Relativitas... Menurut sy, selain 'warna', 'waktu', 'ruang', ciptaan Tuhan yg indah lainnya adalah: relativitas. Kecil di sini, belum tentu kecil pula di sana. Besar di sana, belum tentu besar di sini... Dan, duhai... yg paling elok dari mekanisme relativitas itu adalah: dia dikunci oleh perasaan (bukan oleh ukuran metric, yg dipahami oleh rasionalitas). Ketika perasaan menjadi sumber perbandingan, maka apakah "perasaan-cukup" memiliki korelasi dengan angka2? tentu tidak.
"Berhentilah mencari... maka dengan sendirinya, kita telah tiba di ujung perjalanan. Selamat datang di rumah..."

Mau sejauh mana kita melewati jalan tanpa ujung itu? Sidharta Gautama meninggalkan tahtanya utk memahami hal ini. Orang2 besar di dunia juga melakukan hal yg sama (terlepas dr apa agama mereka). Warren Buffet juga dalam beberapa kasus, mungkin sudah sejak belasan tahun silam berhenti mencari (bacalah biografinya)... Percayalah, ketika kita lega.. ihklas... tulus... merasa berkecukupan, bukan berarti materi itu jd berhenti mendekat... Dalam banyak kasus: sebaliknya! Sungguh kabar baik, apalagi jika kita Muslim dan meyakini kitab suci, sungguh itu kabar baik, bukankah, di sana tertulis indah; bersyukurlah... maka akan Allah tambahkan nikmat itu...

Maka merasa cukuplah, dan kita akan dicukupkan oleh semesta alam... bukan karena otomatis sim-salabim kehidupan kita tiba2 jd cukup.. tp lebih karena perasaan cukup itu membuat beban kehidupan menjadi terasa ringan... Menurut rumus yg saya pahami, maka E (Enjoy/kebahagiaan hidup) itu sama dengan M (merasa) dikali C (cukup) kuadrat, persis rumus Einstein yg terkenal itu. E = m c kuadrat.
Berhentilah mencari.... Maka boleh jadi urusan ini yg justeru mencari kita.

*Lagi-lagi Repooost dari tulisan Bang Tere Liye

Nasihat Orang Tua


anakku, ingatlah..
-- hanya orang2 yg suka ber-lebih2anlah yg punya sepatu/sandal mahal, apalagi malah mengkoleksinya... karena ketahuilah, saat kalian sedang ramai berpesta, berlalu-lalang di mall, di lobby2 gedung, kurang dari 1% orang yg sempat melirik kaki kalian.. coba buktikan datang ke sebuah acara ramai.. bahkan tdk ada yg nyadar kalau engkau datang cuma nyeker...

-- bahkan motivator paling ulung, group band paling ngetop, orator kelas berat, pernah (dan lumrah saja masih sering) grogi saat tampil di depan umum... jadi santai sajalah, tdk usah cemas... jgn lupa baca bismillah...

-- hidup ini adalah ujian... kenapa begitu? karena meski kita semua tahu ujian itu berat dan menyebalkan... orang2 tetap saja sibuk membuat UTS, UAS, ujian nasional, ujian cawu-an, ujian les, dsbgnya...

-- kalau kau ingin mengenali karakter orang dgn cepat dan tepat, perhatikan saja saat ada kejadian yg membuat panik, kaget, atau menakutkan tiba2... dengarkanlah kata yg diucapkannya... perhatikanlah ekspresi wajahnya...

-- kalau kau ingin tahu seberapa taat seseorang dgn sunnah Rasul... maka perhatikan ketika ia berwudhu... seberapa besar ia membuka keran air...

-- anakku, salah-satu syarat mutlak agar kau bahagia adalah: kau bahagia dan (memang) berbahagia melihat orang lain (teman, saudara, bahkan musuh) hidup lebih beruntung.

-- cinta sejati tdk pernah datang dari satu-dua kejadian... satu-dua kalimat... cinta sejati adalah konsistensi dan komitmen panjang... dan kau tahu, sayang... ibu adalah cinta sejati-mu (maka berhentilah meng-gombal-i anak gadis orang).

-- kelak jika kau sudah besar, kau boleh saja tdk suka, melawan, atau bahkan bertengkar dengan bapak, nak... tapi jangan sekali-kali... jangan pernah sekali2 kau bilang 'ah' pada ibu-mu...

-- jangan habiskan waktu untuk berdebat, sedikitlah bicara.. ahiya, karena besok saat kau besar dunia sudah banyak berubah, jgn habiskan waktumu utk 'menulis' mendebat sesuatu..

-- kalau kau ingin kaya, jadilah pedagang... jgn pernah jadi PNS, pejabat, guru, hakim, polisi, dsbgnya... itu tdk akan pernah membuat kau kaya... hanya koruptor2lah, pencuri uang yg kaya dgn profesi PNS!!!

-- kalau kau ingin hidup tenteram, tenang, maka jadilah petani (sebenar2nya petani)...

-- berpetualanglah melihat dunia... meski hanya ke kampung sebelah, meski sempat ke kota sekitaran, itu sudah awal yg baik untuk mengenal kehidupan orang lain... dgn berpetualang, kau akan semakin dewasa.. dan jelas, bapak tdk bisa menceritakan lbh banyak soal dataran tibet sana dibanding kau melihatnya sendiri..

Repost dari tulisan  Bang Tere Liye

Kamis, 24 Oktober 2013

Saat - saat tidak mengenakkan


Apakah kau tahu saat-saat yg tidak mengenakkan
Apakah pada saat kau dan temanmu gagal dan bersedih bersama
Ku rasa tidak, ada yang lebih tidak mengenakkan
Yaitu pada saat kau tertawa namun, tak ada yang berada di sampingmu

Apakah kau tahu saat-saat yg tidak mengenakkan
Apakah pada saat kau dimarahi karena kesalahanmu
Ku rasa tidak, ada yang lebih tidak mengenakkan
Yaitu pada saat tidak ada orang yg peduli kepadamu ketika kau berbuat salah

Apakah kau tahu saat-saat yg tidak mengenakkan
Apakah pada saat kau mengatakan kebenaran yang menyakitkan
Ku rasa tidak, ada yang lebih tidak mengenakkan
Yaitu pada saat kau mengenakan topeng untuk menyenangkan semua orang

Apakah kau tahu saat-saat yg tidak mengenakkan
Apakah pada saat kau gagal dalam perjalanan menuju keinginanmu
Ku rasa tidak, ada yang lebih tidak mengenakkan
Yaitu pada saat kau tahu kau bisa, namun kau terlalu takut sehingga tidak berbuat apa-apa

Apakah kau tahu saat-saat yg tidak mengenakkan
Apakah pada saat kau ditolak oleh laki-laki atau perempuan yg kau sukai
Ku rasa tidak, ada yang lebih tidak mengenakkan
Yaitu pada saat kau melupakan keluarga,teman-teman,dan cita-cita mu hanya karena hal tersebut

Apakah kau tahu saat-saat yg tidak mengenakkan
Apakah pada saat kau meratapi penyesalanmu
Ku rasa tidak, ada yang lebih tidak mengenakkan
Yaitu pada saat kau tidak segera berbenah untuk berubah

Apakah kau tahu saat-saat yg tidak mengenakkan
Apakah pada saat kau menyimpan kesedihanmu seorang diri
Ku rasa tidak, ada yang lebih tidak mengenakkan
Yaitu pada saat kau tidak menceritakan masalahmu dalam doa kepada Tuhan mu

*firman fakhri
Bandung, 25 Oktober 2013
© Free Like a Swallow 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis