Senin, 21 Oktober 2013

Ceritaku dan Gitarku


Sudah hampir kurang lebih 5 tahun rasanya, gitar berwarna coklat yang dibuat dari kayu rosewood itu menemani hari-hari.  Gitar klasik dengan 6 senar nilon ini adalah hadiah dari orangtuaku saat menginjak usiaku yang ke 17.Teringat idealismeku saat itu, bahwa aku bersumpah pada diri sendiri bahwa aku akan menjadi pemain gitar klasik yang paling hebat , professional,paling terkenal, yaah namun 5 tahun kemudian, saat ini, aku masih seorang pemain gitar amatir. 

Ya, amatir, suatu kegiatan yang dilakukan atas dasar kesenangan, atas dasar cinta, dan orientasinya bukan untuk memperoleh uang atau nafkah. Semua gitaris terkenal professional pun ku rasa berawal dari kata “amatir” ini, barulah dari kegiatan yang dia cintai ini, dia bisa menghasilkan karya-karya yang bisa menghasilkan untuknya.dari amatir menjdi professional.Eh tapi tunggu dulu, amatir pun tidak cukup, tentu saja tetap harus ada latihan, komitmen, dsb nya lah kalau2 ingin menjadi  seperti gilbert, satriani, budjana, tohpati , dll.

Aku ini masih seorang gitaris amatir, pikirku, kalau aku niat, pasti aku sudah menyisihkan sebagian uangku untuk les gitar, atau membuat jadwal, berlatih selama 3 jam sehari secara otodidak.Namun, ternyata semua itu tidak kulakukan. Kenapa itu tidak kulakukan? Yah , mungkin karena aku tidak benar-benar menginginkannya, atau aku tak tahu alasan kuat kenapa aku harus melakukan itu (biasanya sih kita jadi lemah dan malas kalau kita tak tahu alasan kenapa harus begini dan begitu). Motif itu penting.

Jadi, apa yang kuinginkan lebih tepatnya? Aku tak tahu, aku hanya senang memainkannya. Walaupun kadang-kadang dalam periode tertentu lagu-lagu yg kumainkan itu saja,sampai orang-orang sekelilingku  bosan mendengarnya, “stand by me” nya oasis, “yesterday” nya beatles, “terlau manis” slank, “wonderful tonight”nya Clapton, tapi cukup menghibur saat2 sepi , daripada melamun, dan sangat-sangat mengibur  di kala hujan atau malam hari.menurutku.

Intinya, terima kasih gitar , telah membantu membuat suasana di kos menjadi lebih ramai selama kurang lebih 4 tahun ini, terima kasih terhadap orang tuaku, terima kasih terhadap orang yg telah menciptakan gitar,dan juga Terima kasih terhadap Tuhan karena telah menciptakan semuanya, menciptakan manusia kreatif yg bisa membuat gitar, menciptakan bahan-bahan dasar pembuatnya, dan juga menciptakan suara, nada, dan musik, terutama bagiku, musik yang berasal dari petikan enam benang nilon itu.

                                           
firman fakhri
Bandung, 21 Oktober

0 comments:

Posting Komentar

© Free Like a Swallow 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis